Saya seorang psikolog dan juga pendidik, dalam beberapa kali kesempatan saya ditanya oleh orang tua, guru dan lainnya tentang problem anak malas belajar. Bagaimana mengatasi anak-anak yang malas belajar, kata mereka? Benarkah ada anak-anak yang malas dalam belajar. Ada kesalahan berfikir yang itu menyebabkan kesalahan bertindak tentang problem anak malas belajar. Sebenarnya tidak ada anak malas belajar, yang ada adalah anak malas belajar saat itu dan disitu. Sekadar contoh ada anak-anak malas belajar pelajaran Matematika, tetapi dia tidak malas belajar Bahasa Inggris atau Sejarah. Kadang anak-anak malas belajar di kelas tetapi tidak saat mereka lest atau lainnya. Pada intinya adalah seseorang itu tidak ada yang malas. Labelling anak-anak malas adalah sesuatu yang kurang baik bahkan merusak, sebab sebenarnya hanya sebagian dirinya yang malas, hanya dalam hal-hal tertentu dia malas, tetapi tidak di hal lain atau kesempatan yang lainnya. Agar supaya anak-anak tidak menjadi malas belajar maka ada beberapa tips atau cara yang bisa dilakukan diataranya adalah;
1) Pertama, Kenalilah bakat dan minatnya. Anak-anak akan menikmati sesutau yang dibakati dan diminati. Bakat lebih kearah bawaan sejak lahir sementara minat adalah hal-hal yang disukai dikarenakan pengalaman-pengalamannya. Biasanya yang dibakati itulah yang diminati mengapa?
Karena yang dibakati, maka anak-anak itu cenderung mudah melakukan hal-hal itu, sementara orang lain akan mengalami kesulitan dalam melakukannya. Sekadar contoh anak-anak ada yang jago Matematika. Teman-temannya kesulitan dalam hal hitung berhitung, dia dengan mudah melakukannya. Demikian juga ada anak-anak yang suka atau jago dalam hal olah raga, main bola, lari, renang dan lainnya.
Howard Gardner, pakar pendidikan dan kecerdasan mengatakan, ada 9 kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia. mulai dari kecerdasan linguitik (suka berkata-kata, bicara, pidato, diskusi), logis-matematis (suka hitung-hitungan, matematika dan otak-atik angka), visual-spatial (Suka gambar, warna, disain, photoshop dan lainnya), intrapersonal (suka sendiri, merenung, refleksi disi dan lainnya), interpersonal (suka bergaul, berhubugan dengan orang lain), naturalis (suka dengan tanaman, flora-fauna, alam), kinestethik (Suka olahraga, gerak fisik dan seterusnya), Musik (suka musik, penikmat musik, peka terhadap nama dan suara dan seterusnya), juga Eksistensial (suka merenung yang berhubungan dengan tuhan, eksistensi manusia, keberadaan setelah mati, penciptaan alam dan seterusnya).
Kita perlu meraba kecerdasan-kecerdasan serta kombinasi kecerdasan yang kita atau anak-anak miliki, karena dari 9 itu, 3 sampai 4 saja yang kita kuasai, dan anak-anak kita akan berkecimpung disana bahkan sampai besarnya nanti.
Bakat dan minat ini akan menentuka sedikit banyak dengan gaya belajarnya, dan bagaimana mereka merespon hal-hal tertentu. Anak yang suka dengan angka-angka akan tertarik dengan tema kemiskinan, tetapi yang disuguhkan dengan angka kemiskinan, jumlah orang miskin dan seterusnya.
2) Kedua, Kenalilah Gaya Belajar. Gaya belajar ini berbeda dengan Kecerdasan diatas. Gaya belajar adalah Mendengar (auditory), dimana orang-orang yang memiliki gaya belajar ini senang dengan mendengar, suara, suka dengan kaset, web-binar dan lainnya. Ada yang bertipe visual (melihat), anak-anak dan orang yang seperti ini cendrung suka membaca, melihat bukunya, kalau mendengar ceramah, tidak suka tidak melihat penceramahnya, kalau terhalang dengan orang-orang didepannya mereka akan bergeser atau pindah tempat duduk, sesuatu harus terlihat, mendengar ceramah di youtube yang tidak banyak variasinya, hanya diam, kurang suka, termasuk webinar. Tipe yang ketiga adalah tipe kinestetik. Anak-anak dengan tipe ini dia tidak bisa diam, selalu bergerak, walaupun mungkin mereka mendengar, dan belajar. Cara beajarnya lebih senang bersifat tindakan, proyek.
3) Ketiga, Methode Belajar. Methode belajar ini sangat penting untuk diperhatikan pada anak-anak. Misalnya dengan buku cerita bergambar, buku-buku warna-warni dan tidak terlalu tebal dan lainnya. Biarkanlah mereka memilih tema-tema yang disukai, sebelum mewajibkan hal-hal yang serius yang memang seharusnya mereka kuasai.
Methode Belajar harus menyenangkan, sebab saat senang maka broadmind, kata Fredrickson, pakar psikologi dunia. Otak anak akan terbuka dan lebih mampu menyerap hal-hal yang diajarkan, yang dibaca dan diterangkan kepadanya. Saat anak senang, menikmati proses belajarnya, tubuhnya akan memproduksi hormon dopamin dan serotonin, yang membuatnya relax dan mereka akan cenderung terus melakukannya.
4) Keempat, Seimbangkan antara Kemampuan, ability dan Challenge, tantangan. Apabila ability tinggi tetapi challenge rendah maka anak akan relax, bosan, tidak bersemangat. Saat challenge tinggi sementara ability rendah, anak anak ketakutan, frustasi dan cemas. Apabila challenge dan ability seimbang maka mereka adan bersemangat bahkan mampu dalam keadaan Flow, tenggelam dalam pekerjaan karena antusiasme yang sangat tinggi. Berjam-jam mereka melakukan itu tidak terasa. Inilah mengapa game-game itu sangat diminati sebab saat ability kita naik di level 2, maka tantangan, challenge ditingkatkan terus dan terus.
Disinilah memberikan kebebasan mereka membaca buku-buku yang mereka sukai, memberikan soal-soal dari mudah terus naik, setahap demi setahap makin sulit, disesuaikan dengan kemampuannya, abilitynya sangat diperlukan.
Apabila keempat hal diatas dilakukan semestinya akan sangat berkurang anak-anak yang malas dalam hal belajar.
Dr. Muhammad Alwi, S. Psi, MM
Human Resource Manajemen Specialist, juga Pendidikan, Konselor dan Konsultan Pendidikan.