
Buku : Anak Bahagia dengan Pendidikan Positif
Kemarin sempat mengunjungi MAN Ciwaringin Jawa-Barat untuk melakukan Mapping Potensi dan Motivasi anak-anak MA/SMA, serta diskusi dengan para guru-nya. Sekolah ini punya keinginan untuk maju dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikannya.
Lepas dari lembaga pendidikan diatas, Dalam sesi diskusi dengan para guru juga kepala sekolah yang banyak saya kunjungi, saya sangat jarang mendapatkan, mendengar konsep PENDIDIKAN yang dihubungkan dengan Kebahagiaan atau “PENDIDIKAN YANG MEMBAHAGIAAN”.
Padahal semua sepakat the ultimate goal, tujuan puncak, peak experience (tahapan terakhir dari Maslow), apa yang ingin diraih manusia, summum bonum-nya adalah Kebahagiaan.
Saya pribadi sudah mencoba mencari rumusan ini, dan ber-eksperimen disekolah-sekolah, selama 10 tahun lebih. Hasil praktis dan teoritis itu saya tuangkan dalam buku saya awal “Belajar Menjadi Sukses dan Bahagia” yang terbit tahun 2011 (Elexmedia-Gramedia), dan “Anak sukses dan Bahagia dengan Pendidikan Positif “, tahun 2014, oleh Noora Book. Sekarang dalam proses mencari penerbit, buku ketiga tentang Filsafat Kebahagiaan.
Dalam penelitian yang cukup serius dan saya kerjakan dengan sampel 22 sekolah dan 200-an resposnden, saya juga mencoba mencari “OCB (Organizational Citizenship Behaviour)”, sebuah perilaku manusia, dimana mereka dengan senang, tanpa pamrih, mau, siap dan cenderung melakukan apa-apa yang semestinya dilakukan, walaupun itu tidak ada tambahan gaji serta tidak masuk dalam job-diskription (kewajiban) kerjanya. Mengapa mereka mau, siap dan cenderung melakukan itu dalam sebuah organisasi, sementara orang-orang lainnya tidak? Faktor apa yang mempengaruhinya?
Fred Luthan juga mengembangkan konsep “Psychological Capital, Modal Psikologis” (PC), ini semacam modal sikap dan perilaku yang berperan besar dalam menentukan keberhasilan. Isi dari PC adalah resiliency (ketahan-bantingan), self-efficacy (sikap percaya pada kemampuan diri), Hope (harapan) dan Optimism.

Buku : Belajar Sukses dan Bahagia
Apakah sekolah sudah memiliki wawasan itu? Saya katakan wawasan dulu, sebelum mempraktekkan apalagi mengintegrasikannya dalam kurikulum-pembelajaran.
Karena saya sangat percaya konsepsi, wawasan, informasi akan menentukan sikap, disposisi, attitude. Sementara Sikap itulah yang akan menentukan secara umum perilaku seseorang.
Pendidikan Karakter, Revolusi Mental, Pendidikan yang Membahagiaan dll, tidak akan dilakukan, tidak diinginkan bila konsepsi tentang-nya adalah negatif, dianggap sekadar teori, membebani guru, itu adalah tambahan beban tanpa tambahan gaji, ‘guru bebannya sudah berat’ dan lain sebagainya.
Apapun keinginan perubahan, upaya kemajuan walaupun itu lebih ringan, mudah, efisien….bila dipersepsi dalam imaginasi, waham, bayangan seorang guru, kepala sekolah sebagai sebuah hal-hal yang negatif, maka penolakan, barrier, keengganan untuk berperilaku/melaksanakan akan sangat sulit.
Muhammad Alwi Pendidikan Positif
Pendidik dan Konsultan Pendidikan serta Praktisi Mapping Potensi.