3 Realitas: Tuhan, Manusia dan Alam

Foto Ana

Muhammad Alwi

Ada hubungan tak terpisahkan antara Tuhan (Wujud segala-galanya, pencipta, sebab awal dan mencipta dari ketiadaan, yang ingin diketahui, berbeda dengan yang lain, dekat dengan manusia dan seterusnya), Manusia (sebagai locus tempat Allah menjelma, dimana dikatakan bahwa alam tidak dapat menampung Allah, tetapi qalb mukmin mampu menampungNya), Alam sebagai manifestasi Dirinya dan Alqur’an/Nabi sebagai Ringkasan seluruh ayat-ayat, tanda-tanda Nya.

Kami akan memperlihatkan tanda-tanda Kami disegenap cakrawala dan dalam jiwa mereka sendiri, sampai jelas bagi mereka bahwa Dia adalah Maha besar (41: 53). Disini jelas ada 3 Realitas yANg ditunjuk yaitu Allah yang ingin memperlihatkan tanda-tanda-NYA, Makrokosmos (Alam Semesta) dan Mikrokosmos (Manusia Sendiri). Kata tanda-tanda dalam berbagai bentuknya ada 288 kali disebut dalam AlQur’an. Seperti ayat al Quran (51: 20-21), (6: 97), (7: 58), (10: 6), (16: 13), (16: 79), (30: 24), (39: 42). Singkat kata, segala sesuatu di alam semesta adalah tanda Allah.

Di samping menyebutkan tanda-tanda-NYA, ayat-ayat itu menggunakan istilah itu biasanya menyebut-nyebut bagaimana sebaiknya manusia menanggapi tanda-tanda Allah tersebut, dengan; Mengingat, memahami, melihat, bersyukur, merenung, menggunakan akal, bertakwa kepada Allah dan sebagainya. “telah kamu jelaskan tanda-tanda kami bagi orang yang mengetahui dan paham” (6: 97). Kepada kaum yang bersyukur (7: 58), bagi orang-orang yang bertaqwa (10 :6), bagi yang menerima peringatan (16: 13), bagi orang-orang yang beriman (16: 79). Tanda dan bukti bagi orang-orang yang menggunakan akalnya (30: 24). Bagi orang-orang yang menggunakan pikirannya (39: 42). Artinya kita dibiasakan, diharapkan, diperintah oleh Allah agar tidak hanya melihat sesuatu sebagai mana hanya yang menampakkan diri tetapi apa dibalik penampakan itu? Semua itu adalah tanda dan simbol-simbol. Bahkan ayat, “Aku ciptakan jin dan manusia hanyalah agar menyembah kepada-Ku semata” (51: 56). Ibn Abbas menjelaskan itu, “agar menyembah kepada-Ku semata” berarti “mengenal dan mengetahui diri-Ku. (Murata, hal 51).

Manifestasi Allah

Manifestasi Allah di Alam Semesta

Tanda (ayah/t) adalah sesuatu yang nampak, tak terpisahkan dengan sesuatu yang tidak tampak. Sehingga ketika seseorang memahami yang tampak, maka dia tahu bahwa dia memahami yang tak tampak. Dimana yang tak tampak tidak bisa dipahami dengan dirinya sendiri (Lane, Arab-Inggris, Lexicon 135, Murata, 49).

Disinilah perlunya perbandingan-perbandingan serta hubungan korespondensi kualitatif tidak hanya kuantitatif (antara Tuhan, Alam Semesta dan Diri Manusia). Sebab Khazanah Tersembunyi itu mengejawantahkan atau memanifestasikan Diri dalam locus-locus tersebut. Tuhanlah yang memperkenalkan diriNya bukan kita yang mengenal Tuhan. Sebab Tuhanlah “Cahaya” dan tanpa cahaya semuanya adalah no-thing, tiada, kegelapan dan tidak dapat diketahui.

Tauhid adalah ketika seorang pencari sungguh-sungguh menyadari bahwa ” tidak ada sesuatu yang nyata kecuali yang Nyata. Baik itu Makrokosmoa (Alam), Mikrokosmos (Manusia Sendiri) dan Gabungan semuanya (Metakosmos). Disinilah perlunya Takwil (Hermeneutika Esoterik). Henry Corbin telah banyak mencurahkan perhatiannya untuk menampilkan keutamaan metode ini dalam tradisi kearifan (hikmah, tsawwuf), terutama cabangnya yang dinamakan “makrifat Syi’ah. “Ta’wil berasal dari akar yang sama dengan kata awwal, “pertama,” yang merupakan salah satu nama Tuhan. Kata takwil berarti kembali, menyebabkan kembali, mereduksi, menemukan sesuatu yang dengannya sesuatu dapat direduksi. Karena Tuhan adalah yang Pertama dalam hubungannya dengan segala sesuatu, banyak ahli memahami istilah itu sebagai bermakna membawa sesuatu kembali pada yang Pertama, menunjukkan hubungan sesuatu dengan yang Pertama, mengikat sesuatu kembali pada Tuhan.

Pada saat yang sama, banyak ahli pikir Muslim tidak benar-benar menarik perbedaan antara takwil dan tafsir atau “ulasan.” Kedua istilah itu dianggap bermakna penjelasan atau keterangan tentang Al-Quran. Tetapi jika perbedaan dilihat di antara keduanya, ta’wil sering dikatakan mengacu pada pembacaan ayat-ayat Al-Quran dengan memperhatikan implikasi-implikasi yang tersembunyi dibawah atau di balik makna hartiahnya. Atau bisa diartikan dengan kemungkinan lain, tafsir adalah ulasan yang didasarkan atas apa yang diturunkan pada kita lewat tradisi, sementara takwil menambahkan dimensi perenungan pribadi. (Murata, hal 300).

Bagi kebanyakan Sufi, takwil didasarkan atas pengetahuan akan makna esoterik Al-Quran yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Ia didapat saat manusia bergumul dengan Al qur’an dengan perlakuan yang baik. Seperti seorang suami yang menyerahkan dirinya pada istrinya sehingga dia mendapatkan pelayanan, cinta dan apapun dari Istrinya, bukan sekadar hubungan standart, sederhana, umum-nya antara Suami dan atau bagi Istrinya.

Abdi Al Gazza Kasyani, pengarang “Takwil Al Quran” mengatakan, “Tidak ada ayat Al-Quran yang tidak mempunyai makna lahiriah, makna batiniah, batasan, dan tempat ke mana kita akan naik.” Makna lahiriah itu tafsir, makna batiniahnya adalah takwil, batasannya adalah makna dari Firman yang ada di luar pemahaman dan tempat yang boleh dicapai adalah tempat di mana orang dapat menjangkau makna itu, untuk menyaksikan Raja yang Mahatahu.

Ukuran Bumi dan MatahariSalah satu pemisalan bagaimana makna Takwil dilakukan? Mengapa Rasul mengajarkan makan dengan 3 jari? Ada teks Makan dan 3 Jari. Makanan diartikan disini  adalah asupan bagi tubuh (jasmani) dan jiwa (rohani) kita. Makanan jiwa adalah fikr (perenungan), pendengaran (sam’) dan terakhir adalah penglihatan (nazhar). “Dialah yang menciptakan untukmu pendengaran dan mata dan pikiran – tetapi sedikit sekali kamu bersyukur (23: 78). “Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat. Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 179). Dia juga berfirman, “Tuli, bisu, buta – mereka tidak dapat mengerti (2: 171). Mereka hanya mengerti hal-hal lahiriyah tetapi tidak mampu menghubungkan semua itu kepada Tuhannya. Seperti al Qur’an, “Mereka mengerti dimensi lahiriyah dari kehidupan dunia ini, tetapi tentang akhirat mereka tidak tahu apa-apa/lalai “(30: 7). Ada hubungan kualitatif antara 3 Jari (Telinga, Mata dan Berfikir) serta Makanan (Kebutuhan Jiwa agar sehar yang diperoleh dari 3 wilyah itu, penglihatan, pendengaran dan perenungan, berfikir).

Cahaya Allah itu menyinari Alam semesta, sehingga dikatakan mereka adalah locus dari Dirinya, tetapi tetap membedakan dari selainNya. Selainnya itu bisa nyata dan gaib. Kualitas permata yang disinarinya itu menyebar disegenap penjuru dengan gradasi eksistensinya. Bisa warna-warni serta gelap dan terang. Cahaya sendiri tidak berwarna dan bening, serta meliputi. Saat menyinari maka pusat sinar dan yang disinari sama-sama ada dengan perbedaan tertentu.

Makin dekat dengan sumber sinar, makin sederhana (seperti Akal dan Jiwa) maka makin murni, makin jelas dan makin tidak berwarna serta tidak terlihat, sementara makin jauh maka warna-warni dan timbullah kerusakan serta kegelapan.  Kalau Makrokosmos penyebaran cahaya Tuhan (nama dan sifat) tak terbatas dan sangat beragam. Keberagaman itu secara lebih “sampit” ada secara lengkap dalam diri manusia.

Makrokosmos memanifestasikan nama-nama Allah, tetapi dalam cara yang berbeda-beda, sementara Mikrokosmos (manusia) dengan cara yang relatif sama. Itulah mengapa Ibn Arabi (dalam Fushush al Hikam, menyebut manusia sebagai ” wujud serba meliputi” (al kawn al jami’). Itu pula mengapa nabi bersabda, ” Adam diciptakan dalam citra atau bentuk (shurah) Allah. Dan Manusia/Adam diajari seluruh nama-nama (2: 31).

Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui mengapa manusia itu diciptakan? Disamping sudah dijelaskan oleh hadis tentang “Khazanah Tersembunyi.” Allah “ingin [atau “senang”] dikenal dan diketahui,” dan hanya manusia sajalah yang bisa mengenal dan mengetahui Allah dalam segala kesempurnaan-Nya, yang memahami semua nama, sebab hanya manusia sajalah yang diciptakan dalam bentuk nama yang serba meliputi. Kecintaan Allah pada tipe pengetahuan yang bisa diaktualisasikan hanya oleh manusia membuat dunia ini tercipta (Lihat juga, Qs, 2: 30-34). Ini akan klop dengan, “dicipta untuk beribadah/mengenalKu”, dicipta dengan pembekalan seluruh nama-nama-ku, dan Tuhan ingin dikenali oleh makhluk-Nya (Manusia).

Salah satu penjelasan yang menarik lain hubungan antara Allah (nama dan sifat) dengan manusia adalah, Allah Maha Pemaaf. Karena Allah Maha Pemaaf, maka harus ada yang dimaafkan, berarti manusia “wajib” melakukan kesalahan, agar bertobat lalu dimaafkan. Dalam hadist Muslim bab “tawbah” dengan redaksi yang berbeda-beda menyatakan, “jika engkau tidak berdosa, Allah bakal melenyapkanmu dan mendatangkan sekelompok manusia yang berbuat dosa, agar meteka memohon ampunan-nya, dan Dia bakal mengampuni mereka”.

Saat Allah berkehendak akan menciptakan Manusia sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi. “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30).

Khalifah atau wakil itu berarti berperangai seperti yang diwakili (Tuhan). Sementara Alam dunia itu alam kegelapan, warna-warni jauh dari cahaya Tuhan, maka kebaikan-keburukan akan terjadi. Padahal Malaikat selalu memuji Allah. Disinilah seakan malaikat ‘protes’, mengapa Engkau mencipta “ketidaksempurnaan”, dari tanah dan akan menumpahkan darah, padahal ada Kami yang selalu memuji-Mu. Disinilah Tuhan memberitahu nama-nama (essensi segala sesuatu) kepada manusia sebagai bekal dan ‘kesempurnaannya’, sementara malaikat tidak memiliki pengetahuan akan hal itu.

Manusia adalah keseluruhan, mampu menampung nama-nama Allah, tidak malaikat yang hanya diberi tahu bagian-bagian. Manusia yang dimaksud disini adalah manusia yang mampu mencapai Khalifah, wakil Allah di bumi.

Al-Biruni

Intelektual Islam Al Biruni : Alam dan Tuhan

Keistimewaan manusia (sebagai mikrokosmos) dan locus “lengkap” manifestasi Tuhan karena, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan Manusia dari tanah” (38: 71). Dan ada hadist (sufi) yang mengatakan, “Aku mengolah tanah Adam, dengan kedua Tangan-Ku sendiri selama 40 puluh hari. (Murata, hal 66). Kedua tangan biasanya juga dimaknai sifat Allah yang Keras (Kamal) dan lembut (Jamal). Manusia-pun diilhamkan pada dirinya dua hal, kebaikan-keburukan, keras-lembut, Ruh dan Tanah dan seterusnya.

Contoh lain korespondensi, tanda, amtsal dan hubungan kualitatif dalam Mikrokosmos Manusia. Dalam diri manusia itu adalah miniatur alam semesta, ini dijelaskan seperti; Kepala ada 7 sifat (planet) yaitu imajinasi, intuisi, refleksi, memori, ingatan, pengendalian dan sensus communis. Juga ada indra penglihatan, perasa, pembau, pendengaran. Ada sungai-sungai yang mengalir yaitu pembuluh darah. Ada 4 musim yaitu panas, dingin, basah dan kering (api, udara, air dan angin), dan seterusnya dan seterusnya. Dalam diri manusia ada kelengkapan Ruh (unsur kesempurnaan), dan unsur kemajemukan.  “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,” (QS. At-Tin 95: Ayat 4-5).

Iblis yang terbuat dari Api (bangsa Jin), tidak mampu melihat sesuatu seperti manusua. Iblis walaupun bangsa Jin karena kesalehan menyebabkan dia mampu mendekati malaikat dan bergaul dengan malaikat. Ia adalah an nafs al ammarah (jiwa yang menyuruh kepada kejahatan). Tahu bentuk (shurah) dari segala sesuatu tetapi tidak tahu makna (makrifah) segala sesuatu itu. Dia tidak tahu cahaya akal sekalipun ia cerdik dan licik.  Sekalipun Iblis mampu memasuki semua ruangan dalam diri manusia, tetapi tidak mampu masuk wilayah ‘hati’, ruh karena Allah “bersemayam” disana. “Ruh dari-Ku” (15: 29).

Kata Syair ‘Tentang Manusia”;

Engkau dibesarkan dari dua dunia
Engkau dididik dan dibina oleh banyak perantara.
Yang Pertama dalam ciptaan, yang terakhir diperhitungkan adalah dirimu – jangan permainankan dirimu.

Segala sesuatu ciptaan Allah disebut Alam (Kosmos), dan mereka sebagai tanda (alamah/t) Eksistensinya. Barang siapa membaca buku ini (Alam, alamat, tanda) maka mereka akan mengenal-ku dan Pengetahuan, Keinginan dan Kekuasaan Ku. Allah mencipta Adam, Manusia karena merekalah yang mampu menampung dan memahami seluruh alamat Allah sebab, didalam Mikrokosmos (Manusia), diberikan wakil Allah (akal, ruh-Ku), karenanya malaikat sujud kepadanya, kecuali wahm, intuisi sensoris (iblis). Dalam Mikrokosmos wakil adalah Manusia yang sudah memurnikan Akal-nya sebagai khalifah fil Ardh (Insan Kamil).

Terakhir, 3 Realitas adalah Makrokosmos (Alam Besar), Mikrokosmos (Manusis) dan Ringkasan mereka (Berupa Kitab, Al Quran dan Nabi). Semuanya adalah tanda-tanda Allah. Karena pada dasarnya Allah adalah Khazanah Tersembunyi yang ingin dikenali. Barang siapa berusaha sunggu-sungguh menjari jalan-jalan Allah, maka Allah akan menunjukkan jalan-jalan-nya agar mampu menemukannya dan melihatnya. Subhanallah.

Muhammad Alwi
Psikolog, Konsultan Pendidikan. Peminat Studi Agama, Psikologi, Filsafat dan Pendidikan.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Filsafat dan Agama dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s