Minat-Bakat, Kurikulum Nasional dan Implementasinya di Kelas?

Qoute Pekerjaan.jpgPemitanan selalu sedikit berubah-ubah. Dahulu hanya ada IPA dan IPS (itupun dipilah setelah kelas 3 SMA), lalu dibuatlah A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Sosial) dan A4 (Bahasa), kemudian diubah lagi IPA-IPS, Bahasa tetapi dimulai kelas 2 (peminatannya) kemudian diubah lagi IPA dan IPS dan Bahasa tetapi dimulai kelas 1 SMA.
Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan peminatan itu? Ternyata peminatan (untuk menentukan anak-anak itu masuk IPA, IPS dan Bahasa) menggunakan nilai raport sebelumnya (SMP) dan wawancara (oleh team sekolah/BK).

[Bagaimana menentukan Minat-Bakat bisa dilihat disini Sukses dan Manajemen of Talent (Manajemen Minat- Bakat)Cara Mudah Menemukan Bakat Minat Kita (1)Cara Mudah Menemukan Bakat Minat Kita (2) ]

Minat-Bakat, Kecendrungan  dan Kecerdasan Kita

Definisi umum Kecerdasan menurut Howard Gardner, adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia masuk di jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik? Jelas masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius, tetapi urusan olah-raga, bermain bola maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Kita bisa juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan ini, adengan yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara seperti itu bahkan dialog-dialognya, ini adalah jenius-jenius bentuk lain.

Sembilan Multiple Intelegencies (Kecerdasan Ganda) menurut Gardner meliputi;
1) Intelegensi Linguistik, 2) Intelegensi Matematis-Logis, 3 Intelegensi Ruang-Spasial, 4) Intelegensi Kinestetik-badani, 5) Intelegensi Musik, 6) Intelegensi Interpersonal, 7)  Intelegensi Intrapersonal, 8) Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7), 9) Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8).

Buku ku....bagus

Buku : Belajar Integrasi Multiple Intelligence dan Kurikulum Nasional (Muhammad Alwi, Elexmedia, 2011)

Kekurangan atau problem, tapi juga mungkin kelebihan, dari teori kecerdasan ganda adalah, kecerdasan ini bisa berkembang terus, sebab tergantung syarat yang bisa dipenuhinya. Gardner (dalam Frame of Mind: The Theory of multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya “lebih menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63). Dengan demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan kedalam model Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah ada, daftar kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara universal….kita bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada satu tingkat analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given, “Brain-Based Teaching”, hal 75).

Intisari Teori Multiple Intelligence

Walaupun diidentifikasi oleh Howard Gardner (dengan Multiple Intelligence), ada delapan bahkan Sembilan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia tetapi yang mesti diketahui bahwa;
1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan itu. Semua kecerdasan itu bekerja berbarengan dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi sebagian lebih menonjol dibanding sebagian yang lain.
2)  Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
3) Kecerdasan pada umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang komplek. Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.
[Untuk bermain bola misalnya, seorang pemain bola, semacam Zidane, disamping punya kecerdasan kinestetik-Jasmani, mereka pasti memiliki kecerdasan Spatial (control bola panjang, tendangan volley, mencari posisi dan lain-lain, juga kecerdasan Interpersonal, bekerjasama dalam team, mengoperkan bola ke kawan untuk dimasukkan, bukan individual total, juga matematis-logis, mengira-ngira kecepatan bola, dengan langkah-langkah dia dan seterusnya].
4)   Setiap kecerdasan keluar dengan berbagai macam cara dan variasi. Tidak ada atribut khusus untuk menjadi cerdas. Orang bisa tidak mampu berpidato (linguistic), walau ia sangat piawai dalam bercerita. Orang mungkin tidak mampu berolah raga dengan baik (kinestetik), walau ia sangat mahir dalam merajut atau lainnya (Amstrong, 2000; 16-18).

Apakah Kecerdasan itu tetap atau berubah-ubah?

Ada 2 hal yang menyebabkan Kecerdasan Multiple intelligence itu berubah-ubah yaitu karena; 1) Crystallizing Experience. Konsep ini berasal dari David Felman (1980) di Universitas Tulfs. Katanya, pengalaman-pengalaman tertentu, pengalaman itu bisa terjadi dan menjadi “titik balik” dalam perkembangan bakat dan kemampuan seseorang. Ini bisa pada masa kanak-kanak atau seumur hidup.  Sebagai contoh; ada anak yang melihat tarian balet, lalu ia tergila-gila pada permainan itu dan akhirnya memainkan itu terus menerus dan ia menjadi ahli masalah itu di dikemudian hari dan menjadi bagian hidup dan pekerjaannya. 2) Paralyzing Experience (pengalaman yang melumpuhkan). Misalnya adalah saat awal seoarng anak belajar masalah tertentu, lalu ia dipermalukan, trauma terhadap cara mengajar guru-nya dst. Anak yang mencoba memainkan piano kemudian dimarahi oleh orang tuanya karena membuat gaduh, ramai atau orang tunya lagi ada masalah dan lain sebagainya. Pengalaman yang melumpuhkan ini biasanya dipenuhi oleh rasa malu, rasa bersalah, takut, kemarahan dan emosi negative lain yang menghambat perkembangan pertumbuhan kecerdasan kita (Miller; 1981). Inilah mungkin salah satu alasan kritik terhadap test finger-Print (test multiple ntelligence dengan menggunakan Sidik jari), sebab test ini mengandaikan hasil yang tetap.

Dampak Kecerdasan Ganda terhadap Guru dan Strategi mengajar di kelas:

hasil omi sma

Contoh : Hasil test OMI (Observation Multiple Intelligence)

Pertama-tama kita perlu tahu bahwa Multiple Intelligence akan sangat berdampak dalam proses belajar mengajar disekolah, tetapi bagaimana itu dilakukan?
a) Guru perlu mengerti Multiple intelligent siswa-siswanya (makanya guru perlu mampu melakukan OMI, Observasi Multiple Intelligences). Ini baisanya dilakukan oleh team sekolah atau expert (ahli) untuk mengumpulkan data-data itu. [Kami melayani ini di Program dan Tawaran Kami (Test dan Trining)].
b) Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai kecerdasan, bukan hanya kecerdasan yang menonjol pada dirinya. Artinya, biasanya guru akan mengajar sesuai dengan kecendrungan kecerdasannya (contoh: guru yang lemah kecerdasan music, maka mereka akan sangat jarang menggunakan itu pada pembelajaran, demikian juga guru yang lemah kecerdasan visualnya. Biasanya guru itu sulit untuk menggambar dikelas. Maka pembelajaran dengan gambar sulit dia lakukan dan seterusnya. Intinya si guru akan melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kecendrungannya. Tetapi sekali lagi ini akan sangat mengganggu dan salah dalam pembelajaran Multiple intelligence. Sebab strategi mengajar MI harus seorang guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kecendrungan kecerdasan siswa.
c) Guru diharapkan mampu belajar dengan keluar dari gaya belajarnya. Keuntungannya apabila guru mau melakukan itu adalah dua sisi, sisi pertama (1) jelas pada para siswa, sisi kedua (2), guru itu sendiri mampu memantik kecerdasan dirinya yang lainnya, dan ini akan jadi pengalaman yang sangat menarik dan mengasyikan. [Dalam pelatihan kami, ini diajarkan secara detail dan mengasyikkan]. Salah satu caranya adalah dengan meminta saran dari teman guru lain yang memiliki kecendrungan kecerdasan yang berbeda dengannya. Misal untuk music atau gambar kita bisa minta bantuan ke guru seni atau guru music. Sebab mereka akan lebih banyak imajinasi tentang hal-hal itu disbanding kita yang kurang atau lemah dalam kecerdasan tersebut.
d) Guru perlu mengajar dengan intelegensi siswa, bukan dengan intelegensinya yang berbeda dengan intelligensi siswa.
e) Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan intelegensi ganda, bukan hanya dengan paper and test.

Bagaimana Seharusnya Mendapatkan Data Kecerdasan Majemuk Siswa-siswa Kita? (Kerja Psikolog Sekolah)

Yang paling bagus dan tingkat akurasinya sangat baik adalah dengan observasi yang diperoleh dari beberapa data diantaranya;
1) Lihat kenakalan-kenakalan mereka.
Kenakalan adalah upaya mereka untuk mengatakan, “tolong ini kamu beri saya prioritas….tolong kamu hargai milikku ini, tolong biarkan kami melakukan ini dan seperti ini dan seterusnya dan seterusnya. Contoh; anak yang suka menyela pembicaraan (linguistic). Sering melakukan corat-coret dan melamun (spatial), suka bawa hewan piaraan di sekolah (Naturalis), tidak suka ngobrol atau kurang berteman (intrapersonal), anak yang tidak mau diam dan senang bergerak aktif (kinestetis), anak yang cukup mau mengerti menunggu, berbagi dan seterusnya (interpersonal). Juga perlu dilihat, apa yang mereka lakukan diluar kelas, saat istirahat dan bermain, dan seterusnya dan seterusnya. Guru bisa melakukan ceklist data yang mereka punya selama 1 semester dalam kelasnya.
2) Melihat data sekolah.
Misal nilai raportnya selama ia bersekolah. Apakah nilai-nilai pelajaran tertentu bagus atau tidak. Mana yang cenderung bagus mana yang biasa. Apakah pelajaran IPA dan matematikanya bagus, atau justru pelajaran bahasa, IPS dan bahasa inggris yang bagus. Atau justru pelajaran kesenian, menggambar dan olah raga yang menonjol.  Atau justru ia menghasilkan proyek-proyek tertentu yang dimenangkan atau mendapat pujian. Membuat maket, bangunan, atau berkebun, memelihara hewan atau tanaman dan lain sebagainya.
3) Mengumpulkan data dari guru lain, baik berupa catatannya atau berdiskusi dengan mereka.
4) Bicara dengan orang tuanya. Orang tua adalah orang yang sangat sering melihat perilaku anaknya. Sehingga mereka punya spectrum data yang cukup luas dalam menilai kecerdasan anaknya.
5) Bertanya langsung pada anaknya. Dengan berbagai pendekatan sehingga kita mampu untuk menggali mereka. Mana kecendrungan kecerdasan dia yang lebih berkembang dan mana yang kurang dioptimalkan.
6) Melakukan test Observasi Multiple Intelligence (OMI), yang sudah dikembangkan para pakar dunia dan diadopsi untuk Indonesia.

Intisari Memasukkan Multiple Intelligence di kelas adalah sebagai berikut;

1) Pemahaman konsep Multiple intelligence pada sekolah (guru, kepala sekolah, yayasan, warga sekolah dan stakeholder lainnya). Apakah multiple intelligence akan diterapkan dalam kurikulum atau sekadar alat observasi saja buat wali murid?
2) Bila ini sudah disepakati dan konsep itu sudah difahami, maka dimulai observasi multiple intelligence (OMI), bisa berupa  Individual, interviewer melakukan observasi kepada secara individual, tidak dalam bentuk klasikal, kecuali bila untuk umur agak dewasa SMA misalnya. Sekali lagi ini jangan dijadikan patokan total, yang terpenting adalah sebanyak mungkin menggunakan kecerdasan dikelas.
3) Manfaat melakukan OMI adalah;
a) Dapat dijadikan pedoman guru untuk melihat kecenderungan kecerdasan siswa sehingga dapat disesuaikan gaya mengajar guru.
b) Dapat digunakan untuk pembagian kelas sesuai dengan kecenderungan kecerdasan. c) Berguna untuk evaluasi dan riwayat kecerdasan untuk riset selanjutnya (keajekan dan perubahan).
d) Dapat digunakan untuk memilih jurusan di perguruan tinggi
e) Bagi orang tua, OMI dapat digunakan sebagai katalisator, sebagai pemantik kreatifitas anak.
f) Fasilitator, sebagai sumber informasi untuk orangtua dan anak tentang kebiasaan yang perlu dikembangkan.
g) Dapat mempercepat anak menemukan kondisi akhir terbaiknya (Bakatnya apa, pekerjaan yang tepat itu apa).

Pembagian kelas dan Praktek di kelas menyesuaiakan Multiple Intelligence.

1) Setelah diketahui gaya kecendrunga kecerdasan dan kecendrungan belajarnya(lewat test OMI), maka satu kelas dapat diisi oleh 4 kecerdasan ang sejenis, atau 3 kecerdasan sejenis setiap kelasnya.
2) Membentuk team kecil yang bertugas untuk mengawal jalannya MI dikelas. Team kecil itu semacam “Teacher-Guide”. Dimana mereka dibekali pemahaman MI yang cukup dan nantinya mereka bertanggung jawab terhadap pelaksanaan MI dikelas. Sebagai contoh; dalam sebuah sekolah ada 60 orang guru, maka teacher-guide dapat dibuat sebanyak 12 orang atau 10 orang. Mereka diberi tambahan pemahaman lebih dibanding guru-guru lain dan semestinya dipilih dari guru senior disekolah per bidang studi atau serumpun. Sehingga 1 orang harus mengawal 4 orang lainnya atau 5 orang lainnya, dalam pembuatan lesson-plan atau Rencana Pengajaran.
3) Pembuatan lesson plan (RPP) dan Strategi Mengajar (diambil lesson plan yang sudah ada, tidak usah buat baru. Misalnya sekolah sekarang menggunakan KTSP/K-13), maka lesson plan itu hanya perlu disesuaikan dengan MI. Sekali lagi tidak perlu membuat model yang baru, apalagi menggantinya dengan lesson plan lain. Sebab itu akan menyusahkan guru, tidak efisien, dan bisa merepotkan (baik hubungan dengan kedinasan ataupun kesuliatan lainnya, misal guru tidak familier dan lain sebagainya) yang pada akhirnya menimbulkan rasa sulit, ada daya tolak karena mereka merasa dapat tambahan beban lain. Disamping itu lesson plan KTSP/K-13, biisa di download di internet. Lesson plan atau RPP yang sudah ada, dimodifikasi sedikit, disesuaikan atau harus mengakomodir kecerdasan kelasnya, khuhusnya pada bagian pelaksanaan pengajaran atau desain mengajar. Lesson Plan yang sudah dibuat, sebelum ditandatangai kepala sekolah, dikonsultasikan Ke “Teacher-Guide” (TG).

Dari pengalaman kami sebagai praktisi dan membina beberapa sekolah sebagai konsultan, hanya 11% yang perlu disesuaikan dari lesson plan KTSP/k-13 ke lesson plan  Intergrasi dengan MI.
Praktik pengajaran lesson-plan dikelas oleh guru dan di supervisi (oleh Kepala Sekolah dan Teacher-guide atau Wakil kepala sekolah tergantung sekolahnya. Yang terpenting yang mensupervisi juga harus mengetahui teori multiple intelligence). Supaya supervisi tidak kesulitan, maka sekolah perlu membuatkan form supervise-lesson-plan-MI.
4) Sistem Evaluasi/Penilaian.
Karena konsep pembelajaran, pengajaran, lesson-plan dan disain mengajar adalah MI, maka penilainnya juga harus menggunakan penilaian yang berbasis atau mendukung MI. Penilaian yang berbasis MI adalah penilaian authentic, dimana itu bisa berupa penilaian Portofolio, atau penilaian lainnya (akan dibahas kedepan).

Sumber :
1) Lydia Freyani Hawadi, Pidato Upacara Pengukuhan: Sebagai   Guru Besar Tetap Ilmu Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.  Depok , 1 Juli 2009
2) Muhammad Alwi, 2011, Diringkas dari 2 bab buku,  “Belajar menjadi bahagia dan Sukses Sejati, Penerapan Multiple Intelligence dalam Keluarga, Dunia Pendidikan dan Bisnis”, Elxmedia-Gramedia, Jakarta.
3) ______________“Belajar Berbasis Topografi Otak dan Integrasi Multple Intelligence dan KTSP, Buku Pedoman Kerja untuk implementasi Guru.”

Foto Ana Jakarta Oke

Muhammad Alwi S.Psi, MM

Penulis: Guru, mantan kepala sekolah, konsultan manajemen dan pendidikan. peminat studi pendidikan, fisafat, psikologi dan agama. Penulis, “Belajar Menjadi Sukses dan Bahagia, Integrasi Multiple Intelligence dan Kurikulum Nasional” (Elexmedia, Kompas-Gramedia, 2011) dan “Anak Cerdas Bahagia dengan pendidikan positif”, (Nouraboo, 2014).

Untuk lengkapnya bisa dilihat di : https://pendidikanpositif.com/workshoptraining/

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Psikologi dan Pendidikan dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar