Uji Coba Pendidikan Daring “Covid 19”?

Foto GooglePendidikan adalah upaya sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Karenanya maka tujuan dalam pendidikan mesti dicanangkan terlebih dahulu sebelum melihat hal-hal lainnya. Apa tujuan pendidikan nasional kita? Apa tujuan pendidikan sekolah kita? Tujuan pendidikan nasional dicantumkan dalam UU Sisdiknas. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Filosofi dasar pendidikan nasional adalah sebagai berikut, pertama dicanangkan dahulu apa itu manusia-Indonesia? Ini dibahas dalam filsafat manusia, apa potensi dasar manusia, apa itu fitrah manusia, apa itu hal-hal yang bulid-in dalam diri manusia, dan manusia Indonesia. Itu semua ada dalam GBHN, dan kemudian hal-hal umum itu akan di break-down dalam Tujuan Pendidikan Nasional, dimana tujuan itu adalah mengarahkan manusia-manusia indonesia untuk memaksimalkan potensinya sesuai dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan, manusia Indonesia (misalnya ber-Tuhan, Gotong-Royong dst). Tujuan Pendidikan Nasional itu dicantumkan dalam UU Pendidikan (SISDIKNAS). Tujuan itu lalu dibreak-down dalam Kurikulum baik itu KTSP ataupun yang lainnya. Kurikulum adalah jalan-jalan yang mesti dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicanangkan. Dalam kurikulu ada KD (Kopetensi Dasar), SK (Standart Kopetesi), dan Indikator Hasil Belajar (IHB), serta Strategi mengajar dan lain sebagainya. Ini semua diambil oleh para pakar pendidikan untuk dimasukkan dalam buku-ajar. Maka keluarlah buku-buku pelajaran dari berbagai penerbit yang kurang lebihnya sama, disebabkan Kurikulum (Silabus dan SK, KD serta IHB) yang diacu adalah sama.

Tetapi kita perlu ingat ada berbagai perbedaan secara essensial antara pemerintah (yang melihat secara Makro pendidikan Nasional) dan Diknas-Kabupaten serta Sekolah-Sekolah yang ada. Sebab karakteristik, kebutuhan dan keunggulan serta hal-hal yang lain berbeda antara satu daerah dengan daerah dengan daerah lainnya. Disinilah sekolah perlu melakukan strategi pendidikan dalam internal pendikannya untuk menyesuaikan antara kondisi Makro pemerintah dan mikro sekolah itu sendiri. Dan pemerintah juga sudah menyiapkan itu dengan landasan UU tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dimana intinya bahwa kurikulum itu dapat disesuaikan, dimodifikasi sesuai dengan tingkat satuan pendidikan (Sekolah) dan UU tentang MBS (manajemen berbasis Sekolah), yang intinya bahwa sekolah-sekolah itu diizinkan bahkan diharapkan mampu mengelola pendidikannya sesuai dengan kemampuan dan ideal mereka sendiri.

Virus Corona Covid19Karena 3 alasan diatas yaitu 1) Perbedaan skala makro (pemerintah) dan Mikro (Sekolah), 2) UU KTSP dan 3) UU MBS. Maka sekolah seharusnya melakukan inovasi-inovasi dan modifikasi-modifikasi proses pembelajarannya di sekolah. Apalagi dengan era industri 4.0, dimana pembelajaran digital, menggunakan media elektronik, maka sudah tidak bisa ditawar lembaga-pendidikan (Sekolah termasuk Perguruan Tinggi), harus melakukan inovasi menyongsong era baru itu. Apalagi ditambah dengan Covid19, dimana uji coba pembelajaran daring secara masif telah dilakukan.

Gambaran Era 4.0

Medsos GambarDengan era 4.0 saat ini, maka semuanya 1) Menggunakan compuing (computer), Laptot, internet dan lain sebagainya sangat dibutuhkan dan menjadi wajib. Maka pembelajaran ini, penguasaanyya menjadi hal yang penting dan wajib. Sudah tidak boleh lagi ada sekolah yang tidak memiliki komputer dan jaringan internet.  2) Dengan Komputing, internet, whastup, facebook, Vlog, Zoom, Google-Docs dan lain sebagainya. Maka kecepatan komunikasi sedemikian dahsyatnya. Semua hal bisa dishare dan dibagi dengan kecepatan yang super-canggih. Video, Berita, buku dan lain sebagainya dalam satu genggaman jari berupa gadget.  3) itu semua menghasilakn kemestian, Kapasitas Penyimpanan Data. Karena semua informasi masuk, dokumen, berita, gambar, film dan lainnya, maka penyimpanan data menjadi diperlukan. 4) Sensor. Dengan banyaknya data, dengan membanjirnya informasi, buku-buku online, Pdf dan lainnya, ceramah-ceramah online termasuk pembelajaran online dan lainnya, maka buka mencari informasi sekarang, tetapi melakukan sensor informasi sekarang yang perlu dilakukan. 5) Lukisan, gambar dan disain sudah menjadi keahlian yang menghilang, digantikan dengan printer 3D. 6) Kecerdasan Buatan, sudah merambah kemana-mana, sehingga banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang karena itu. tulis-menulis, buku cetak, desain, toko-offline, hancur lebur. Angkutan bahkan pengiriman akan hilang dengan Ojol (ojek online), dan drone yang sekarang ini sudah mulai menjadi Ojol untuk hal-hal tertentu dinegara maju. 7) Neuro-Bio – Nano Tehnology sudah merambah kemana-mana. Mulai dari sayur-mayur, pengobatan dan banyak lainnya.

Problem Manajemen Sekolah, Singkat.

Ini perlu diketahui bagi pengambil keputusan pendidikan, mulai dari Dinas-Pendidikan Kabupaten, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan Yayasan termasuk guru. Apa itu? 1) Wawasan umu hal-hal diatas, dengan itu maka kita semua mampu melakukan ramuan, strategi pembelajaran agar efektif dan efisien. 2) Kita semua harus sadar bahwa ada kesenjangan antara teori-pendidikan, kebijakan dan UU pendidikan dan Implementasi pendidikan diwilayah satuan-satuan pendidikan. Sekadar contoh, kunci dari pembelajaran dikelas adalah RPP (Lesson-Plan). Setiap sekolah memiliki RPP itu untuk sekolah, yang disetor ke diknas pendidikan dan dipegang oleh guru masing-masing pengampu pembelajarannya. Tetapi kalau kita menelisik lebih dalam maka akan kita lihat mayoritas guru hanya membuat RPP itu sebagai formalitas belaka, dalam realitas dilapangan, mereka tidak membuat itu (hanya copy paste), dan mereka tidak merealisasikan itu. Pembelajaran yang mereka lakukan hanyalah seperti biasa-biasa saja, tidak menggunakan strategi-strategi tertentu yang dianjurkan atau ditulis dalam RPP yang dibuat. Masalah ini pasti akan dijawab, itu semua karena lemahnya supervisi sekolah (baik oleh kepala sekolah maupun pengawas pendidikan). Jawabannya bisa benar, memang itulah problemnya, tetapi problem utamanya adalah terlalu detail-nya RPP yang dibuat. Kepala sekolah dan pengawas akan kesulitan dengan kegiatan dan kesibukan-kesibukan yang cukup banyak untuk melakukan itu. Disinilah perlu inovasi, kreasi dan tidak takut dengan diknas dan pengawas, atau dilakukan penyiasatan. Beberapa sekolah yang saya temui termasuk beberapa sekolah yang saya bina sudah sekian tahun membuat Ri termasuk beberapa sekolah yang saya bina sudah sekian tahun membuat RPP hanya 2 lembar saja. Setelah sekian tahun berjalan ternyata Mentri Pendidikan Makarim (2019) menetapkan RPP hanya 1 lembar saja, dengan konsep “Merdeka Belajar”.

Dalam manajemen secara sederhana ada konsep POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). Planning dan Organizing adalah hal yang secara umum konseptual dan baik. Bagaimana Pemerintah, Kementrian Pendidikan, Diknas Provensi dan Kabupan membuat perencanaan-perencanaan itu, tetapi setelah melewati A (Actuating, yang isinya adalah Motivasi dan Leadhership), bagaimana perencanaan dan organizing itu benar-benar dilakukan, dibutuhkan motivasi kepada staf, dan kepemimpinan dimana itu bertujuan untuk memastikan sesuatu yang sudah direncanakan dilaksanakan dengan semestinya. Problem utama pendidikan kita disini, Actuating. Karena motivasi dan kepemimpinan kurang berjalan dengan baik, maka apanya yang dicontrol? Pada akhirnya laporan-laporan direkayasa, dibuat baik sehingga saat dikontrol akan terlihat cukup menarik dan mendapatkan point baik.

Banyak contoh yang bisa kita lihat disini misalnya, bagaimana penerapan RPP diatas, bagaimana menetapkan KKM, bagaimana remidial yang mesti dilakukan, bagaimana sistem UN sekian tahun yang lalu, bagaimana sistem pelatihan-pelatihan guru dan lainnya, dimana daftar hadir selalu dibuat lengkap bagaimana realisasinya, bisa dipertanyakan?  Saya tidak menyalahkan Pemerintah maupun sekolah, itu problem yang membutuhkan penelitian tersendiri.

Apa yang mesti dilakukan?

Merdeka belajarKepala sekolah harus sadar bahwa nilai dirinya itu sesuai dengan hasil capaian yang diraihnya, ini akan sangat penting disekolah-sekolah swasta, sementara di sekolah negeri agak lebih longgar. Dan kita mesti sadar bahwa harapan orang tua dan sekolah itu semestinya sama. Maka dengan berbagai hal diatas, sekolah harus menggali minat dan bakat siswa, membiarkan sekolah benar-benar menjadi “Merdeka Belajar”, sehingga anak dan guru mampu mengeksplorasi minat-bakat itu dengan sebaik-baiknya. Sudah bukan zamannya pembelajaran dilakukan dengan sistem lama. Dengan gadget, dengan internet dengan online maka informasi-informasi dapat diperoleh dengan cepat, luas, dalam dan juga detail. Maka guru mesti benar-benar diberi bekal untuk menjadi Fasilitator, membukan cendela anak-anak untuk bertanya-bertanya, berfikir kritis dan kontruktif serta mencri jawaban-jawaban itu dari berbagai sumber yang ada (buku, online ataupun lainnya).

Kemampuan mengkritisi informasi, mencari jawaban, mengkontruksi argumentasi, mepresentasikan, memberikan narasi, mengembangkan problem-solving akan menjadi pembelajaran yang megasyikkan walaupun menggunakan high thinking order, tetapi dikemas dengan menarik. Taksonomi blom (Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisa, Mengevaluasi dan Berkreasi), bisa dilakukan secara serentak dengan penugasan-penugasan terstruktur dan proyek. Dengan bantuan Gadget, Internet dan lainnya maka belajar lebih mengasyikkan dan guru benar-benar harus mampu menjadi fasilitator, merangsang anak untuk bertanya dan mencari tahu, mencari informasi yang tersedia dan membanding-bandingkan informasi itu dengan berfikir kritis dan kontruktif serta problem-solving. Disini karena infomasi yang cukup massif dan membludak, maka sortir, maka kapasitas penyimpanan, maka minat dan bakat perlu benar-benar dilihat sehingga anak tidak lepas dihutan belantara informasi yang carut-marut dan simulakra dengan post-truth yang membahayakan.

Dengan kemampuan guru yang menjadi fasilitator, memfasilitasi anak untuk mengembangkan minat-bakat diera industri 4.0 ini, maka keberhasilan-keberhasilan serta evaluasi tidak bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk konvensional.

Pemerintah juga mesti memilah-milah bagaimana memperlakukan sekolah-sekolah, dan pengawas mungkin juga membantu-memilah-milah perlakuannya terhadap guru. Secara teoritik supervisi-pun dilakukan dengan memilah-milah objek, orang yang akan disupervisi. Sekolah-sekolah yang mampu dan mau, maka biarkanlah mereka dengan kelonggaran-kelonggaran yang cukup, dinas dan pengawas hanya memberikan guiden saja.  Sementara sekolah-sekolah yang Mampu tetapi Tidak Mau, Tidak Mampu tetapi Mau dan Tidak Mampu dan Tidak Mau dengan perlakuan-perlakuan yang berbeda. Dengan pemilahan-pemilahan ini, maka “merdeka-belajar” tidak dilakukan dengan serampangan dan mampu menggerakkan pendidikan, peserta didik, sekolah, dan seluruh stake holdernya menjadi lebih efektif dan efisien.

Sekali lagi dengan tantangan era pendidikan industri 4.0. kita berjalan bersama dan Indonesia Bisa!

Muhammad Alwi
Konsultan dan Praktisi Pendidikan, Alumni Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar