Manifestasi Allah ?

Foto Saya

Muhammad Alwi

Imam ‘Ali dalam salah satu hadist mengatakan, “Allah bukan Dzat yang bisa dipahami dengan pengetahuan. Allah-lah yang menunjukkan argumen bagi Diri-Nya sendiri.” (Al-Majlisi, Bihar Al-Anwâr, jilid II, hlm. 186). Dalam al quran disebutkan, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap alam dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Dia itu adalah benar (Qs. Al Fussilat, 41: 53). Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Allah menunjukkan dirinya itu sangat dekat dengan kita, bahkan sangat dekat, tetapi dalam ayat-ayat lainnya Allah menunjukkan diriNya berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan Alam (diri kita sendiri). Dalam peristilahan cendikiawan Islam itu disebut Tanzih dan Tasybih.

Tanzih adalah Allah itu tak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. Seperti dikemukakan dalam ayat seperti, “Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Tak Terjangkau, jauh di atas apa yang mereka sifatkan” (QS 37: 180), atau, “Tak ada sesuatu pun serupa dengan-Nya” (QS 42: 11). Allah disini menggambarkan DiriNYa adalah realitas impersonal yang berada jauh di luar jangkauan manusia. Ibn Arabi berkata. Demi Allah, kalaulah bukan karena Syari’ah yang dibawa oleh wahyu Ilahi, maka tak ada seorang pun bisa mengenal Allah! Jika kita masih saja tetap berpegang pada bukti-bukti rasional yang kita miliki – yang, menurut pandangan para pemikir rasional, menegaskan pengetahuan tentang Esensi Allah, dengan menunjukan bahwa ‘Dia tidak seperti ini dan itu – maka tak bakal ada satu makhluk pun yang bisa mencintai Allah.” (Al-Futûhât Al-Makkiyyah, II, 326.12; dikutip dalam Chittick, The Sufi Path of Knowledge, 180), ini mirip sekali dengan apa yang diucapkan Imam Ali bin Abi Thalib diatas.

Tetapi Tuhan dalam Al Qur’an dan otoritas spiritual lainnya, Allah mengenalkan diriNya, Dia dapat dikenal, Dia dekat, Dia mencintai Makhluknya dan seterusnya. “Dia mencintai mereka, dan merekapun mencintaiNya (5 :54). Itu dipahami manusia menggunakan penggambaran, imaginasi, konseptual, maka Tuhan haruslah bisa diserupakan (tasybih) sejauh tertentu dengan makhluknya. Dan ini diberikan dukungan oleh beberapa ayat al Qur’an, sebagai pengenalan Allah pada Makhluknya. “Kemana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 115). “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf 50: Ayat 16).

Siapa Saya Manifestasi Ilahi Diri

Manifestasi Ilahi : Siapa Aku

Disatu sisi Allah itu berbeda, membedakan dengan Alam dan disini lain Allah mendekatkan diri (menyerupakan Dirinya dalam artian tertentu) dengan Allah. Dua sisi yang berbeda tetapi dalam satu realitas. Ada sisi kuat (Maskulin, simbol Laki-laki) dan ada sisi lemah-lembut (Femini, perempuan).

Ilmuwan Jepang, penganut Taoisme mengatakan, Ini mirip dengan “yang” (maskulin) dan “yin” (feminin) pada ajaran Taoisme (Confusian). Tuhan dalam Islam juga digambarkan dengan jamal dan jalal. Perintah, larangan dan seterusnya dengan rahman, rahim. Sabda nabi, “Rahmat Allah mendahului kemurkaanNya”.  Tuhan bukan hanya ayah yang keras dan memerintah, memberikan aturan, memberi hadiah dan hukuman, tetapi juga ibu yang penuh kasih sayang dan hangat, memaafkan, melindungi dan seterusnya.

Dalam mendiskusikan dua sisi realitas Tuhan ini, cendikiawan Islam melihat Tuhan dengan berpusat pada nama-nama atau sifat-sifat Ilahi yang diwahyukan dalam Al-Quran, yang disebut dan sudah dikenal dengan sangat luas, yaitu sembilan puluh sembilan nama Allah (al-asmâ’ al-husnâ), bahkan itu sering menjadi hafalan anak-anak kecil saat mereka mengaji disurau-surau.

  1. Sifat Ketakterbandingan

Disini ditunjukkan dengan sifat Allah, Mahakuasa, Maha Tak-Terjangkau, Mahabesar, Mahaagung, Maha Pemaksa, Maha Pencipta, Mahatinggi, Maharaja, Maha Pemarah, Maha Pembalas, Maha Penghancur, Maha Pemusnah, dan Maha Penyiksa. Ini disebut dengan nama-nama keagungan (jalál), atau hebat (gahr), atau adil (‘adl), atau murka (ghadhab). Dalam terminologi Taoisme bisa disebut dengan “yang” (lihat: The Tao of Islam, Schiciko Murata, Mizan, 1997).

  1. Keserupaan

Disini ditunjukkan dengan sifat Allah, Maha indah, Mahadekat, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakasih, Mahalembut, Maha Pengampun, Maha Pemaaf, Maha Pemberi Hidup, Maha Pemberi Kekayaan, dan Maha Pemberi. Ini dikenal sebagai nama-nama keindahan (jamal), atau kelembutan (luthf), atau anugerah (fadhl), atau rahmat (rahmah).  “yin” dalam terminologi Taoisme.

Kecendrungan dan kecondongan serta keberpihakan pada satu sisi realitas sifat-sifat dan nama-nama Allah ini menghasilkan konsepsi dan kecendrungan pemikiran yang berbeda-beda. Para ahli Figh Islam, (Kelompok Yusprudensi Islam) mengedepankan ‘yang’, jalal. Sementara kaum ahli hikmah, sufi lebih mengedepankan jamal, ‘yin’ dari pada ‘yang’.

Tanzih (atau yang) berfikir “ketakberbandingan”, maka orientasinya akan lebih condong bahkan berkutat pada kemajemukan, perbedaan dan kekhasan Allah. Kekhasan individu, pencipta vs makhluk dan seterusnya. Sebaliknya yang menekankan, tasybih, yin, “keserupaan”, akan lebih fokus dan berfikir tentang, kedekatan, kebersamaan menggunakan konsepsi, “Dia selalu bersamamu dimana saja kamu berada (57: 4).

Disinilah mengapa kita bisa melihat kaum sufi lebih fokus pada keserupaan dan perbedaan itu dianggapnya bersifat relatif. Tidak terletak diluar melainkan di kebatinan/kedalaman.

Pemikiran dualitas yang berhadap-hadapan itu penting dilakukan agar kita mampu untuk menyeimbangkan satu dengan yang lain. Tauhid tidak bisa ditegakkan dalam argumentasi bila tidak ada oposisi dan menafikan lainnya, walaupun itu bahasa umum. “Tidak ada Tuhan Selain Allah”.

Tanda-tanda Allah

Manifestasi Ilahi Alam Semesta

Manifestasi Ilahi

Semua yang ada di alam ini adalah ayat (tanda-tanda Allah), seperti banyak disebutkan didalam al Qur’an. Ada sebuah hadist, walaupun diperdebatkan ke shahihannya (oleh kelompok ahli hadist, tetapi diterima secara umum oleh kaum sufi) yaitu, Kuntu kanzan Makhfiyyan, fa ahbabtu an u’raf fa khalaqtu al khalqa li kay u’raf. Aku adalah khazanah tersembunyi dan Aku ingin diketahui. Karena itu Aku lalu menciptalan makhluk agar Aku bisa diketahui (Cittick, Spiritualitas Path of Knowledge, hal 391). Karenanya dunia ini adalah locus dimana Khazanah Tersembunyi itu diketahui Makhluk.

Sebuah pemisalan yang cukup baik dari Ibn Arabi, bagaimana “seseorang” tinggal dalam satu kamar, yang dikelilingi dengan kaca penuh dengan berbagai bentuk kaca dan warnanya. Maka kemanapun seorang itu melihat maka akan terlihat bayangan “dirinya” sesuai dengan variasi bentuk dan warna kaca itu. Totalitas akan terjadi/”terlihat” bila kaca-kaca itu dipecahkan. Kita pecahkan diri kita, maka kita akan tahu Tuhan. “Barang siapa mengetahui Dirinya, maka dia akan mengetahui Tuhannya”. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik/muhsinin.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 69).

Upaya mencari jalan-jalan Allah. Allah sendiri memberikan tanda-tanda, rambu-rambu, sehingga apabila kita berusaha sungguh-sunggu, menapaki jalan-jalan itu, maka kita akan sampai kepadaNYA. Iblis-pun tidak mampu menyesatkannya, membelokkan jalannya, dan dia diseru oleh Allah, kembalilah dengan tenang dan bahagia nafsu-nafsu mutmainnah dengan senang dan gembira menemui Tuhannya dengan semua kenikmatan yang dijanjikan pada-nya.

Dua sisi inilah yang mesti dilihat agar jalan-jalan itu akan nampak jelas, tidak berkabut, tidak hanya satu sisi, tetapi panduan itu akan mantap laksana peta petunjuk, karena memang Tuhan ingin dikenali, Tuhan ingin hamba-hambanya bisa sampai kepadaNYA.

Wallahu a’lam bi al Shawab
Muhammad Alwi
Psikolog, Konsultan Pendidikan, Peminat Studi Agama, Psikologi, Filsafat dan Pendidikan.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Filsafat dan Agama dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar