Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Dalam Islam (Bag 2)

Khirarki Pengetahuan dan Pendidikan dalam Islam

Foto Saya

Muhammad Alwi

Klasifikasi Islam atas sain didasarkan pada khirarki, yang selama berabad-abad telah membentuk matrik dan latar belakang sistem pendidikan Islam. Kesatuan sain selalu merupakan intuisi utama dan sentral, yang menjadi tolok ukur dan pandangan bagi studi beragam sain. Dari intusi yang tak terbantahkan tentang kesatuan berbagai disiplin ini, sain dipandang bagaikan cabang-cabang dari sebatang pohon, yang tumbuh dan mengeluarkan daun dan buah sesuai dengan sifat pohon itu sendiri. Ilustrasi seperti sebuah cabang yang akan berhenti dan tidak terus tumbuh tanpa henti, demikian juga suatu disiplin ilmu tidak selayaknya dipelajari melampaui suatu batas tertentu. Karenanya dilihat dari batang tubuh intelektual Islam abad pertengahan, mereka menganggap mempelajari suatu ilmu yang melampaui batas dimana akan merusak proporsi dan harmoni, sebagai sesuatu hal yang tidak berguna, malah dapat dikatakan melanggar aturan. Seperti bila cabang itu tumbuh memanjang yang berlebihan sehingga merusak tatanan dan harmoni serta proporsi sebuah pohon secara keseluruhan. Cara untuk memelihara harmoni dan proporsi itu dengan mengklasifikasikannya. Dengan ini maka klasifikasi, harmoni dan proporsi akan menjadi indah dalam sebuah kesatuan.

Ini menarik apabila kita hubungkan dengan sebuah rujukan wahyu yang mengatakan, “kamu tidak akan sampai kepada kebajikan yang sempurna, kecuali kamu menafkahkan harta yang paling kamu cintai”. Ini adalah landasan apa amal terbaik? Amal terbaik adalah amal yang paling sulit kita lakukan, lalu itu kita lakukan. Sedekah itu baik, tetapi ada orang yang mudah melakukan sedekah, tetapi sulit menjaga lidahnya. Maka saat dia berusaha menjaga lidahnya, dan itu adalah ikhtiyar yang sulit buat dia (jihad dengan makna sesungguhnya, mengeluarkan upaya serius untuk mencapainya), maka upaya itu adalah amal terbaik, dibandingkan dengan sadakah yang biasa dan rutin dilakukan. Ternyata ada orang yang mudah menjaga lidah, mudah sadakah, tetapi sulit mencari Ilmu, maka mencari ilmu adalah upaya jihad yang serius buat dirinya, dan itulah amal terbaiknya. Setiap waktu setiap saat ada amalan-amalan terbaik dan itu adalah memperbaiki diri kita dari kekurangan-kekurangan kita. Disinilah harmoni, disinilah kelengkapan sebagai manusia, kesempurnaan, proporsional, tidak hanya menonjol satu sisi tetapi lemah pada sisi lainnya. Kita lihat tauladan pada masa-masa Islam. Mereka itu berilmu, kaya, mengerti Ilmu alam, ilmu wahyu, politik dan lain-lain, bukan spesialis-spesialis. Al Farabi dalam buku Perincian Sain, membagi ilmu sebagai berikut; 1) Ilmu Bahasa (Mengerti Bahasa, membaca Al Qur’an dan lainnya) lalu 2) Logika (Cara berfikir, bernalar, silogisme, pembuktian dan seterusnya), 3) Sain Persiapan (Matematika), 4) Sain Alam dan 5) Ilmu Kemasyarakatan.

Dalam era skolastik, abad pertengahan Islam, dengan kemajuan politik serta kemajuan ekonomi, banyak ilmu-ilmu diserap dari berbagai wilayah dengan berbagai aspeknya. Islam mengalami kemajuan karena berbagai hal……

Al-Biruni

Ilmuwan Islam Al Biruni

Akhirnya berkembanglah berbagai lembaga-lembaga pendidikan tingkat tinggi, semacam universitas besar saat sekarang ini. Diantara tempat-tempat itu yang paling terkenal adalah Bait al Hikmah di Baghdad, yang dibangun 200h/815M, disamping karena minat dari khalifah Abbasiyah al Makmun akan ilmu pengetahuan, juga perkembangan dan semaraknya pengetahuan saat itu. Ditunjang oleh perbendaharaan negara, sekolah masyhur ini tempat berkumpulnya saintis dan sarjana juga terhimpunnya ahli terjemah yang cakap, sehingga hampir seluruh ilmu pengetahuan Grika diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Para penerjemah seperti Hunain Ibn Ishaq, Tsabit Ibn Qurrah dan Ibn Muqaffa. Disamping al Makmun, juga Harun Ar Rasyid dengan minat yang sama besar untuk pembangunan tempat-tempat seperti itu. Disamping Bait al Hikmah ada Dar al Ilm, di Kairo, yang dibangun oleh kekhalifahan Fatimiyah pada 395H/1005M. Lemgaba pengajaran tinggi ini mencapai klimaksnya dengan pembangunan rantai perguruan tinggi (college atau madaris) di baghdad, Naisyabur dan kota-kota lain oleh Nizam al Mulk, wazir Dinasti Seljuk, pada abad ke 5H/11M. Abu Ishaq al Syirazi dan juga al Ghazali pernah memegang jabatan terpenting ditempat ini. Qarawiyin di Fez, Maroko, telah berumur 11 Abad dan mungkin adalah universitas tertua di Dunia, demikian juga al Azhar yang awalnya merupakan lembaga Syiah (dan sekarang beralih ke Sunny) sudah merayakan seribu tahun sejak berdirinya. Tidak hanya kampus-kampus atau universitas dan jaringan universitas yang berdiri tetapi juga observatorium banyak berdiri saat itu. Observatorium islam pertama ialah Syammasiyah yang didirikan oleh al makmun di Baghdad sekitar 213H/828M, yang dipimpin oleh dua ahli astronomi masyhur yaitu Fadhl ibn al Naubakht dan Muhammad Ibn Musa al Khawarizmi. Juga observatorium yang dihubungkan dengan nama-nama pribadi seperti, Al Battani di Raqqa dan Abdurahman al Shufi di Syiraz. Perkembangan observatorium mengalami puncaknya dengan dibangunnya observatorium di Maragha, dimulai tahu 657/1261M atas perintah Hulagu, cucu dari Jengis Khan, yang dibiayai oleh hibah keagamaan. Observatorium ini digabungkan dengan perpustakaan besar dengan 400.000 kitab. Disamping itu titik puncak observatorium sebagai lembaga ilmiah dicapai pada abad 9H/15M, ketika Ulugh Beg, cucu Timurlenk, mendirikan observatorium di Samarkand, dimana ini bersama Observatorium Istambul dianggap penghubung lembaga-lembaga seperti ini ke Barat. Ulugh Begh adalah saintis terbesar di Samarkand, disamping juga ada Ghiyatsuddin al Kasyani, seorang yang diundang khusus oleh Uluh Begh karena keahliannya dalam hal tehnik Kumputasi-Matematika. Bagaimana sistem pendidikan yang ditopang oleh kebijakan politik dan pendanaan menjadikan mereka mampu berkembang sedemikian rupa dan menghasilkan manusia-manusia unggul tidak hanya dalam dunia Islam juga terkenal dan menjadi rujukan di dunia Barat.

Filsafat Timur dan Iluminatif Islam

Penempatan khirarki Ilmu pengetahuan, dengan perumpamaan pohon, batang dan buahnya, ini sebenarnya didasari oleh pemahaman intelektual Islam tentang khirarki wujud dan khirarki penciptaan, yang kesemuanya itu saling menopang dalam balutan Tauhid-Islam. Akan sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa bukan saja hukum kemasyarakatan Muslim yang ditata oleh wahyu Islam, tetapi juga lingkungan kosmis-kealaman, ilmu dan peradaban dalam perkembangannya, sedikit banyak di Islamkan. Prinsipnya adalah kesatuan dan gradasi sesuatu (wujud). Dengan pernyataan, bahwa secara metafisik, realita pada akhirnya adalah satu dan tidak banyak, akan tetapi secara kosmologi, dunia nyata hanyalah satu dari keadaan wujud yang banyak, yang semuanya, meminjam ungkapan sufi, adalah sekian banyak “kehadiran Ilahi”.[1]

  Ahli alkhemi termasyhur Jabir Ibn Hayyan mengaku dirinya seorang pengikut imam Ja’far. Kaum Syi’ah selanjutnya berusaha membina khususnya sains kosmologis. Banyak saintis dan filosof temama – seperti Ibn Sina, Nasir-i Khusrau dan Nashiruddin Ath Thusi — adalah Syi’ah atau punya latar belakang Syi’ah. Menarik untuk melihat Ibn Sina, sebagai filosof paripatetik puncak Islam. Dia bukan hanya seorang filosof Peripatetik, yang gabungkan doktrin Aristotelcs dengan unsur-unsur tertentu Neoplatonisme dan seorang saintis yang mengamati Alam dalam kerangka filsafat abad pertengahan. Dia juga salah seorang perintis aliran metafisik Iluminasionis (isyraq) eksponen terbesarnya adalahh Suhrawardi. Dalam karya-karyanyanya, istimewa Hikayat Penglihatan (atau “Kisah-kisah”) dan naskah tentang cinta, kosmos-kosmos dari para filosof syllogistik memjelma menjadi suatu dunia lambang-lambang, yang dijelajahi seorang menuju kebahagiaan akhirnya. Dalam “Logika Bangsa Timur” yang merupakan bahagian dari karya yang lebih besar, yang kebanyakan telah hilang, Ibn Sina menolak karya-karyanya yang terdahulu, yang pada umumnya berpaham Aristotelei, dikatakan itu hanya cocok untuk rakyat biasa; sebagai gantinya ia menyuguhkan bagi kaum elite “filosofi Tiraur”. Triloginya — Hayy Ibn Yaqhan (Putra Hidup dari yang Bangun), al-Thair (Burung) dan Salman wa Absal — membahas siklus menyeluruh dari tamasya gnostik dari “dunia bayangan” ke Kehadiran Ilahi, Timur yang Terang.  Dalam tulisan-tulisannya ini, bagan dari alam filosof dan sintis abad pertengahan tetap tak berubah; hanya kosmos menjadi terkurung dalam diri sang gnostik — suatu “gua” yang harus jadi acuan orientasi seorang anggota pemula dan yang harus dilaluinya. Fakta dan fenomena Alam jadi transparan, jadi lambang-lambang yang makna spiritual bagi pelaku yang dalam tamasya kosmis ini berhubungan dengannya.

Tamsil Plato tentang manusia-manusia yang terbelenggu di gua, dimana karena belenggi dan posisinya akhirnya hanya melihat bayangan-bayanagan yang dipantulkan oleh cahaya, api. Manusia tidak melihat realitas yang sebenarnya, mereka hanya melihat penampakan realitas-realitas yang disodorkan padanya lewat medium bayangan. Saat mereka mampu keluar dari gua tadi dan menyerap langsung realitas, maka saat itulah manusia mendapatkan kebenaran sejati, mereka mengetahui realitas, mereka melihat matahari, bukan melihat pantulan matahari dan penampakan realitas karena sinar dari matahari itu. Manusia-manusia yang sudah mampu keluar itu akan menjadi manusia-manusia sempurna, bijaksana, dan akhirnya sebagai tugas insani mereka, mereka akan masuk kedalam gua lagi untuk mengajak saudara-saudaranya, teman-temannya agar tidak melihat penampakan realitas, realitas semua, tetapi memberi informasi, mengajarkan tentang realitas sesungguhnya, matahari sesungguhnya. Walaupun usaha itu tidak mudah karena sang-bijak juga terbelenggu dalam gua serta teman-temannya sudah menjadi kebiasaannya berfikir dan berpendapat dengan realitas-realiatas semu tadi. Itulah satu-satunya realitas yang mereka biasa fahami.

Ide iluminatif (Isyraq) diteruskan dan dipuncaki oleh Suhrawardi (548H/1153M), yang digelari dengan syaeikh al Isyraq (guru penerang). Usia hanya hanya 38 tahun, tetapi ajarannya terus berlangsung sampai saat ini dan menggantikan atau melengkapi filsafat paripatetik. Suhrawardi pernah belajar di Maragha dan menjadi teman sekelas Fakhruddin ar Razi, ia menggabungkan ajaran islam, wahyu dengan pethagorean-Hermetis juga sumber-sumber lain zoroastrianisme. Karena ktitiknya yang pedas terhadap ahli figh, dia dipenjara dan dihukum mati, di Aleppo. Tulisan terkenalnya adalah Hikmah al Isyraq (Teosofi Pencerahan Timur). Ia mengatakan bahwa nalar dan intuisi saling melengkapi. Menurutnya, nalar tanpa intuisi dan iluminasi adalah kekanak-kanakan dan rabun dan tidak akan pernah bisa mencapai sumber transendent dari segala kebenaran dan penalaran. Sedangkan intuisi tanpa penyiapan logika serta latihan dan pengembangan kemampuan rasional bisa tersesat dan pula tidak dapat mengungkapkan dirinya secara ringkas dan metodis. Karenanya dalam Hikmah al Isyraq dimulai dengan Logika dan berakhir dengan bab ekstase dan perenungan esensi surgawi.

[1] Nasr, Science and Civilication in Islam, p. 74.

Muhammad Alwi
Psikolog dan Konsultan Pendidikan. Peminat Studi Islam, Psikologi-Filsafat dan Pendidikan.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Filsafat dan Agama, Psikologi dan Pendidikan dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar