Diceritakan “Suatu hari seorang ulama berkunjung ke rumah seorang kakek renta yang telah banyak berkorban untuk Islam dijalan Allah.
Setelah berbincang-bincang panjang lebar, saya meminta izin untuk berwudhu dan menanyakan kamar mandi untuk berwudhu.
“Maaf tuan, tempat berwudhu disebelah mana yah? ” Kakek Syahid itu menjawab : “Anda turun ke ruangan bawah tanah dua tingkat, disana tempat wudhu berada.”
Akhirnya saya turun kebawah dan berwudhu, lalu tiba-tiba kakek itu dengan wajah keletihan membawa handuk untuk saya dan berkata, “Silahkan keringkan wajah dan tangan anda dengan handuk ini.” ujar kakek renta itu.
Saya menjawab:
“Maaf, menurut beberapa riwayat ketika berwudhu dan membiarkan anggota wudhu basah, maka pahalanya 30 kali lipat kakek.”
Kakek itu berkata:
“Owh..begitu…ada tidak riwayat yang mengatakan bahwa seorang kakek renta dengan susah payah turun membawa handuk ke lantai bawah tanah menuruni tangga untuk berkhidmat kepada tamunya? “
Kemudian saya terkejut dan cepat-cepat mengambil handuk tersebut dan berkata, ” Maaf kakek, Saya memiliki banyak Ilmu agama, namun pemahaman agama, saya tidak punya.”
(Sumber Telegram_Cinta dan diambil dari Khaterat Agha Muhsin Qiraati).
_____________
Berapa banyak Alim ulama berkata tentang agama paling terdepan, namun tidak memahami hakikat beragama.
Berapa banyak ulama yang ilmunya hanya ada dalam tataran teoritis, namun nihil dalam tataran praktis.
Jika barometer ulama adalah kepintaran, maka Iblis lebih pintar dari siapapun. Jika ulama baru bisa membuktikan keberadaan tuhan, maka Iblis tidak hanya membuktikan keberadaan tuhan, melainkan mendebat tuhan.
Contoh :
Politik, mengejar kekuasaan yang katanya “Demi Islam” itu penting tetapi “Persatuan Ummat Islam” lebih penting, bahkan itu fondasi untuk kekuasaan demi Islam.
Share berita yang dianggap baik itu penting, tetapi hati-hati menghindar dari menyebar fitnah dan hoax itu lebih penting.
Membaca penting, menghafal dan mengoleksi banyak nash penting, tetapi memahami, mengkritisi dan kemampuan berfikir akan lebih penting lagi.
Banyak Agama dan pemahaman Agama itu tidak dirumuskan langsung oleh teks tetapi harus ditarik kesimpulan-kesimpulan dari sekian teks dan nash juga ayat-ayat.
Teks : “Sampaikan walaupun satu ayat”, itu baik…tetapi memahami bahwa banyak hal yang tidak mampu dijelaskan, tidak mampu dipahami dan dibombardir dengan satu, dua teks ayat, itu lebih penting.
Seandainya orang-orang awam tidak ikut berpendapat, berbicara maka Fitnah tidak banyak tersebar. Rasulullah saww bersabda: Jika ulama telah rusak, maka alam pun (tatanan sosial ) ikut rusak.
Bagaimana Menurut Anda?
Salam Pendidikan Positif
Muhammad Alwi
hallo pak, Seandainya orang-orang awam tidak ikut berpendapat, berbicara maka Fitnah tidak banyak tersebar. ?? awam yang dimaksud ini seperti siapakah pak?
Siapa ya…? Jangan jangan termasuk saya…he..he….he…