Efektivitas adalah komponen penting (necessary component) dari kesejahteraan, sedangkan kebahagiaan adalah bagian yang cukup (a sufficient part) kesejahteraan .
Saat saya membaca buku-buku Psychology Positive dan Positive Education. Saya sering mengartikan Well-being sekedar dengan Happiness. Tetapi setelah cukup mendalami-nya, ternyata tidak seperti itu. Well-being (Kesejahteraan) adalah istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan kualitas hidup kita (Derajat Kesempurnaan Kita). Mulai dari kekayaan yang kita miliki, kesehatan fisik dan mental kita, pendidikan kita (seberapa smart kita), Apakah kita punya waktu luang, bagaimana hubungan social, hubungan keluatga (family), serta tujuan hidup kita.
Ketika kita berpikir tentang kesejahteraan kita. Apakah yang muncul dalam benak (pikiran) Kita? Apakah dalam benak kita terbayang; kebahagiaan (rumah kecil, anak-anak sehat, istri, pekarangan dst), kesehatan kita, uang melimpah (punya rumah besar, mobil mewah, travelling keluar negeri, shopping dst), ataukah cinta atau emosi positif (Anggun, bijaksama, smart)? Bagaimana Kita mengukur kesejahteraan Kita itu? Manakah hal-hal dominan yang muncul, atau kombinasi-nya.
Tidak ada satu definisi tunggal tentang apa itu Well-Being (kesejahteraan). Tetapi ada model yang dapat membantu kita memahami bagaimana kita melakukan atau meraihnya dalam hidup kita.
Kesejahteraan itu lebih dari sekadar happiness (bahagia). Well-being (Kesejahteraan) = Efektivitas x Kebahagiaan. Kesejahteraan (Well-Being) secara keseluruhan terdiri dari efektivitas diri Kita dikalikan dengan kebahagiaan kita. Efektivitas berarti bahwa kita mampu menghasilkan sesuatu yang kita inginkan. Ini dalam banyak kategori, mulai dari bisnis, keuangan, hubungan , dan area lain dari kehidupan kita. Kebahagiaan berarti bahwa kita puas dengan apa yang sudah kita miliki dalam semua bidang kehidupan kita. Disinilah Well-being terungkap dalam objektif sekaligus Subjektif. Objektif karena apa yang kita hasilkan, dapat kita wujudkan terukur, bisa dilihat (measurable). Sementara Subjektif terlihat dalam hubungannya dengan kebahagiaan (kepuasan kita). seberapa puas dengan apa-apa yang sudah kita miliki, bahkan mungkin yang belum. Dalam buku saya yang pertama (BELAJAR MENJADI SUKSES DAN BAHAGIA) saya katakan, yang pertama (efefktif) adalah Sukses (meraih apa yang kita inginkan, targetkan, harapkan. Sementara seberapa Puas kita dan kemampuan kita menghubungkan itu dengan hal-hal yang lebih besar, itulah Kebahagiaan (Happiness).
Menjadi efektif bukan berarti menjadi bahagia seperti juga menjadi bahagia bukan berarti menjadi efektif. Kita bisa efektif dan tidak bahagia, Juga Kita bisa bahagia tapi tidak efektif. Konon katanya dalam banyak penelitian, ada orang-orang yang cenderung bahagia, sementara sebagian lainnya cenderung murung. Katanya orang-orang yang ‘kurang pandai’, kadang lebih ceria dan bahagia. Ini mungkin mirip dengan extrovert dan introvert, Intrapersonal dan Interpersonal, pesimistik dan optimistic serta penggembira dan analisis.
Efektivitas adalah komponen penting (necessary component) dari kesejahteraan, sedangkan kebahagiaan adalah bagian yang cukup (a sufficient part) kesejahteraan .
Saya punya rumusan, yang saya katakan dengan konsep ‘Hidup Barokah’. Dimana isinya ada 5 komponen yaitu, 1) Bahagia. Manusia harus bahagia terlebih dahulu, sebab bahagia tidak perlu modal apapun sebelumnya. Dengan bahagia maka manusia bisa sejahtera (well-being). Belajar akan efektif bila kita bahagia dst. Bahkan bahagia tidak perlu kaya, tidak perlu pandai. Siapapun mampu berbahagia. Bahkan dalam kondisi sakit.
2) Sehat, sebab manusia yang kesehatannya menurun, sakit-sakitan, maka kebahagiaannya akan menurun, berkurang. Maka sehat perlu diupayakan. Sebab ini membantu sebelumnya dan mendorong setelahnya. 3) Cukup secara Intelektual, ini diperlukan, sebab ini adalah hal penting untuk mentranfer energy ke bagian 2 dan 1, serta juga kebagian kedepannya. 4) Ekonomi cukup. Ini diperlukan, sebab dengan ini kita bisa merasa bahagia atau mempertahankan bagian-bagian lainnya. Olah raga, makan sehat, beli buku, rekreasi dst. 5) Dan semua hal diatas mesti diabdikan untuk kebagian banyak orang, dihubungkan dengan entitas yang lebih besar ( ada transendensi, Tuhan).