REALITAS INFORMASI (BAGI PENGGEMAR SHARE, TAG dan INFORMAN SEEKER)…..di FB, Twiiter..dll

Saya tidak mengklaim disini dan mengatakan, siapa yang benar dan salah…tapi marilah kita sama-sama introspeksi, berfikir dan merenung.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. “ (Al Hujurat, 49: 6)

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (An Nisa, 4:83)

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata” (An Nur, 24 : 12)

Informasi Negara kita adalah negara yang mengklaim sebagai demokrasi. Dalam setiap system demokrasi, suara mayoritas-lah yang menentukan sebuah ‘Kebenaran’. Dan suara mayoritas selalu dikaitkan dengan istilah opini-umum (opini public). Tetapi pertanyaannya; Benarkah setiap apa yang dicap sebagai opini umum itu benar-benar mewakili pendapat mayoritas dalam suatu masyarakat? Dan bagaimana mengukur ini semua? Apalagi dengan adanya era informasi, pertelevisian, media massa (TV, Radio, Koran, Internet, FB, Twitter dll) sekarang ini? Dimana perekayasaan opini, pencitraan (baik pencitraan dalam hal-hal positif atau negative), dll sangat-sangat mungkin dilakukan. Maka patut menjadi pemikiran setiap pecinta kebenaran, pemangku jabatan, pemikir demokrasi, semua orang yang punya hati-nurani untuk mengkaji masalah ini.

Perdefinisi, Opini Publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesa dari pendapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan. Atau bisa dikatakan, Opini public adalah agregat dari sikap dan kepercayaan, yang dianut oleh populasi orang dewasa.

Dalam menentukan opini publik, yang dihitung bukanlah jumlah mayoritasnya (numerical majority) namun mayoritas yang efektif (effective majority). Kata mayoritas yang effective ini perlu diberi tekanan. Sebab sekalipun mayoritas, tetapi tidak effective, dalam artian menguasai media, Koran, TV dll, yang itu adalah pembentukan opini public yang effective. Maka ke-mayoritasan-nya tidak ada artinya. Padahal Opini Public semestinya ekuivalent dan sama dengan suara mayoritas.

Untuk memahami opini seseorang dan publik tidaklah mudah. Menurut R.P. Abelson, hal ini berkaitan dengan: 1) Kepercayaan mengenai sesuatu (belief). 2) Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude), 3) Persepsi (Suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi serta menafsirkan pesan dan persepsi merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi).

Problemnya, dalam hubungannya dengan opini public, suara mayoritas (= suara kebenaran). Dalam Media (pembentuk opini public yang paing kuat), maka penulisan dan pelaporan informasi/berita (TV, Koran, radio, internet, FB, Twitter dll) ditentukan oleh perasaan emosi dan harapan orang-orang yang menyusun berita-berita itu dan bukan fakta yang sebenarnya.

Dua hal penting dalam opini public yang berbahaya adalah; 1) Kurang memadainya pemberitaan dan informasi (dalam artian muda terkena rekayasa dan suasana emosi), 2) Kurangnya pemahaman akan realitas perpolitikan masyarakat pencari, penikmat berita itu secara umum. Sehingga disinipun mudah terkena dampak rekayasa. Mana disini, informasi yang cepat masuk, cepat disajikan, massif dan terkemas dengan baik, itulah yang diterima. Bukan informasi yang sebenarnya, bukan fakta objektif.

Kita tahu bahwa Realitas-Social, lingkungan umum terlalu besar dan terlalu rumit dan terlalu cepat untuk bisa digapai oleh masyarakat umum-nya. Masyarakat umumnya tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami kenyataan politik, masyarakat, diskusi antar madzab, antar agama dll. Sebagian karena kita masing-masing hanya dapat memberikan jumlah waktu pendek untuk urusan masyarakat dan sebagian memang berita-berita itu harus dikemas dengan durasi pendek, kolom Koran yang terbatas.

Masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta, kenyataan fatamorgana atau lingkungan palsu (menggunakan istilah, Wilter Lippmann). Distorsi-distorsi ini tidak hanya datang dari factor-faktor emosional dan kebutuhan ego saja, tetapi juga dari stereotip-stereotip, gambaran sesuatu yang kita miliki. Untuk sebagian besar, “kita tidak melihat dulu, dan kemudian merumuskan tetapi merumuskan dulu barulah kemudian melihat”. Kita cenderung melihat apa yang kita pilih dalam bentuk yang distereotipkan untuk kita oleh kebudayaan kita. Stereotip biasanya akan sering, walaupun tidak selalu memalsukan gambaran kita.

Lingkungan palsu, pseudo-realita, gambaran dalam kepala kita, memang sebagian diakibatkan oleh pengemasan informasi, berita, sensor, dll, tetapi lebih-lebih lagi oleh KEMALASAN KITA, untuk asal menyederhanakan segala sesuatu yang dirasa rumit, dan rasa takut kita untuk menghadapi fakta yang merusak kepercayaan dan keyakinan yang semala ini dipelihara.

Karena informasi yang kita terima itu mengandung banyak masalah, maka kita mesti hati-hati, sesuai dengan ayat diatas (Al Hujurat, 49: 6), serta mengembangkan berfikir positif dan husnudzan. Yaitu dengan cara, salah satunya menumbuhkan sikap saling percaya terhadap sesama, tidak saling curiga, tidak cepat-cepat menyalahkan, tabayyun, berusaha melihat kemungkinan benarnya, kemungkinan baiknya dst. (al Nur, 24:12).

Didalam al Qur’an juga dikatakan, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..” (al Fath, 48:29).

Dalam Al Qur’an disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman, Jauhilah banyak dari prasangka, Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa…” (Q.S Al- Hujurat : 12). Juga dalam sebuah hadist Qudsi dikatakan : “Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan itu baginya. Jika ia berprasangka buruk kepada-Ku, maka keburukan itu baginya.” (H.R. Ahmad).

CNNData dan Kasus dalam Islam

Mengapa masalah informasi, masalah kebenaran berita, husnudzan dan tabayyun perlu dikaji dan dikembangkan?. Saat-saat ini adalah era informasi, maka pseudo-realita dari sebuah fakta, pemutar-balikan fakta, opini public oleh media (utamanya media barat) sangat-sangat merugikan dunia Islam dan hubungan sesama ummat Islam.

Lihatlah kasus blow-up tentang kekejaman Nazi terhadap Yahudi-Israel, Blow-up kekejaman Saddam, sehingga untuk menyerangnya, Nato dibantu oleh Saudi dan Kuwait (sesama Muslim). Lihatlah kasus Afghanistan…perang saudara antara pemimpin korup (pro-Rusia), melawan oposisi (Pro AS). Keluarlah di media, sampai-sampai banyak rakyat Indonesia terjun kesana. Amrozi, Imam samudra Cs (mereka alumni-alumni Afghanistan). Oposisi disana menjadi Mujahidin, Oposi (perang sesama muslim) menjadi ladang sahid dan jihad dst. Benarkah ini semua???? Mengapa kegetolan ini (jihad dll) tidak terjadi secara intent di/ke Palestina (yang jelas-jelas melawan Israel)??? Lihatlah donasi untuk Palestina dan Afghanistan saat itu, sekarang donasi-donasi kasus Syuria. Ada apa ini, siapa penyuplai informasinya, apa arah dan tujuannya dst.

Lihatlah juga kasus, bagaimana Libya dibantai oleh AS/Nato. Kita tidak bisa bayangkang, mereka dengan ungkapan misi damai, membela rakyat yang didholimi, meminta izin Negara-negara dunia (PBB). Dan anehnya, Negara-negara Islam mengamini, mengiyakan…..bahkan mendorong-dorong untuk segera dilakukan. Penyerangan Iraq dan Libya disetujui oleh Negara-negara Arab (Qatar, Saudi) dan juga disetujui oleh masyarakatnya. Lihatlah Afghanistan sekarang, lihatlah Iraq sekarang, lihatlah Libya sekarang. Mereka menjadi Negara kacau, ekonominya merosok, dan rawan perang saudara dan tidak stabil. Lalu bagaimana dengan al Qur’an yang mengatakan sesame muslim saudara, yang mengucapkan kalimat syahadat terlindungi darah, harta dan kehormatannya. Bagaimana dengan ayat diatas (al Fath, 48:29).

Ummat Islam tidak melihat ini sebagai pelajaran, lihatlah kasus Syuria. Dimana awalnya adalah perang oposisi dan rezim penguasa (Bassar Ashad). Sekarang menjadi ladang jihad. Oposisi menjadi mujahidin. Basar Ashad dianggap kafir dst. Untuk mencapai tujuan itu dikobarkan sentiment agama yang sangat berbahaya yaitu pertikaian antara Sunnah-Syiah dan Wahabi. Demikian juga kasus al Azhar (Mesir).

Ada sebuah teks yang mengatakan; “Banyak hal yang tidak mampu dilakukan oleh musuh, itu mampu dan dilakukan oleh teman-teman kita sendiri”. Inilah realita dunia Islam. Ini disamping karena kebodohan, salah satu factor terpenting lainnya adalah kesalahan menerima informasi dan adanya rekayasa informasi.

Dalam mencapai tujuannya itu, maka dilakukan komunikasi-persuasi, pemberitaan (Koran, TV, media online, FB, Youtube dll). Yang sekali lagi bertujuan mengajak (Persuasi). Untuk itu dilakukan; a) Claim, sebuah pernyataan-pernyataan jelas, tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit). Misalnya, Gadhafi telah melakukan ingkar Qur’an. Bashar Asad telah kafir karena mengaku Tuhan, Yang berhukum dengan hukum selain Allah Kafir, fasiq dst. Syiah adalah sesat, kafir. Lihatlah link fatwa Qardhawi tentang Syuria dan Libya. Atau kasus Mesir, Otorita al Azhar karena melakukan ini dan itu, maka sudah melawan keadilan, melawan al Qur’an dan pemerintahan yang sah…..maka buqhot, maka boleh diperangi, dst…dll. 2) Warrant, ini adalah sebuah perintah yang dibungkus dengan sebuah ajakan atau bujukan sehingga terkesan tidak memaksa. 3) Pemberian Data-data. Ini dilakukan untuk memperkuat informasi, yang dianggap fakta. Bahkan sangat sering data-data itu dipalsukan, rekayasa, bohong dst.

Sekali lagi, untuk tujuan persuasive, mengajak, provokasi, maka penggambaran sebuah data, informasi harus setragis mungkin, sehingga penerima berita tidak lagi akan melakukan tabayyun, melakukan husnudzan, dan tidak menerima maaf, damai dst….karena dahsyatnya, karena tragisnya dan kedholiman lawan yang diberitakan.

Dengan itu semua, berhati-hati, menanyakan kepada ahlinya, bersikap husnudzan, maka kita tidak akan menyesal karena perilaku kita yang salah, sudah melakukan vonis, melakukan hukuman dan tindakan lainnya, serta dengan itu, kita dapat menciptakan kedamaian dalam kehidupan kita sendiri, kedamaian dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

al buthiData-data, link dan Kasus-kasus:

Kasus Pembunuhan Syiria : Klaim pembunuhan Haula dan gambar-gambarnya. Ternyata gambar-gambar yang disajikan oleh CNN, dan sayangnya juga diambil oleh Islamis-islamis Indonesia, untuk mendukung klaim Syiah Sesat, Oposisi adalah Mujahidin dan Perang di Syuria adalah medan Jihad. Selengkapnya lihat disini : http://www.crescent-online.net/2012/08/the-anglo-wahhabi-zionist-war-on-syria-goes-into-high-gear-tahir-mustafa-3191-articles.html

Banyak gambar ke brutalan Israel, gambar dan data perang Iraq, gempa bumi dll….dijadikan media provokasi dan persuasive untuk mengobarkan perang di Syuria. Untuk data-data yang cukup banyak tentang pemalsuan data itu (kasus Syuria) oleh media barat dan yang berkepentingan lihat disini: https://www.dropbox.com/s/0tjg8hvfocudwul/Pemalsuan%20data%20konflik%20syria.pdf

Kasus di Libya, bagaimana media mengdramatisir kasus Gadhafi dll, lihat disini : http://dinasulaeman.wordpress.com/2011/08/27/kebohongan-media-di-libya/ juga ini http://indonesian.irib.ir/hidden-1/-/asset_publisher/m7UK/content/disertasi-tentang-hipokritas-humanitarian-intervention?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-1%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_m7UK%26p_p_lifecycle%3D0%26p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-1%26p_p_col_count%3D3

Bagaimana juga kebohongan mereka (barat) juga tentang Saddam Husein, senjata kimia dll. Media timur tengah dikuasai barat (zionis), lihat disini; http://myartikel.wordpress.com/2011/07/21/pangeran-arab-saudi-kerjasama-dengan-raja-dunia-media-zionis-rupert-murdoch-berambisi-kuasai-media-timur-tengah/

Untuk fatwa-fatwa Ulama besar Qardhawi  tentang Syuria dan Libya, lihat disini : http://kabarislam.wordpress.com/2013/04/05/fatwa-yusuf-qaradhawi-bunuh-semua-pendukung-assad-termasuk-ulama/

Bahkan sebuah keanehan, dari sebuah survey, apakah survey ini direkayasa, pesanan ataupun tidak, tetapi hasilnya adalah aneh. Dimana masyarakat muslim lebih senang dengan agama lain (Kristen) dari pada, Islam madzab lain (Syiah) juga Ahmadiyah. http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=264754%3Akekerasan-atas-nama-agama-meningkat&catid=77%3Afokusutama&Itemid=131

(Akan ada sambungan tulisan disini, Insya Allah tentang Pluralisme Agama apakah lebih penting daripada Pluralisme Madzab???)

al_quran

Terakhir : Problem Informasi…..dan cara mencari Informasi Yang benar.

Dengan semua ungkapan ini, dengan semua informasi, baik konsep-teori dan data-data lainnya, yang jelas sangat banyak kita bisa dapatkan di media on-line (internet). Yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah; mayoritas kita bukan peneliti, mayoritas kita adalah pengemar informasi cuplikan bahkan senang dengan desas-desus dan kabar angin. Mayoritas kita tidak gemar membanding-bandingkan (mungkin termasuk saya..he..he….he…). Kalaupun siap membandingkan informasinya terlalu banyak….hampir tidak mungkin dan tidak cukup waktu untuk melakukan sortir semuanya. Padahal dalam pemberitaan-pemberitaan itu-pun sudah mengalami sortier, sudah mengalami pengurangan (pseudo-realita). Baik karena niatan (politik kepentingan), karena diri (psikologi-nya), karena Episteme (menggunakan teorinya Micheal Faucoult), karena kontruksi kita-kah (J. Piaget), karena Strukturasi dan Habitus kita (Derrida dan Gidden)….dll teori yang bisa kita gunakan.

Lalu apa yang mesti kita lakukan???  Sebab kita tetap harus mendapat informasi dan menerima informasi, bahkan juga memberikan penilaian (benar atau salah). Maka; 1) Carilah Informasi yang cukup banyak dan Beragam. Sebab informasi itu sangat banyak dan kadang sangat kontradiksi. Satu mengafirmasi (meng-iyakan), yang lain menolaknya. Maka dengan memiliki sumber-sumber cukup, maka kita akan memiki pilihan-pilihan dan kemungkinan pilihan kita menjadi benar akan lebih besar. 2) Kembangkan konsep berfikir yang benar. Ini biasanya terjadi karena informasi yang cukup beragam dan banyak (No 1). Disamping selalu bertanya, ‘kalau seperti ini, mengapa seperti itu’, dst. 3) Bersikaplah yang adil, sebab kebencian, kesukaan (preferensi) kita, cenderung mensorter (menerima dan menolak) seuatu sesuai dengan selera kita masing-masing.

Untuk tambahan tentang hal ini bisa dilihat disini : http://mediaislamraya.blogspot.com/2013/07/cara-mendapatkan-berita-yang-benar.html?spref=fb

Disamping itu (3 hal diatas), 4) Ini sangat penting, Kita mesti sadar dan ini perlu dikembangkan bahwa,  Dalam terminology Islam ada MUKMIN ada MUSLIM. Kita adalah sesama Muslim (Islam). Kalaupun ada saudara kita yang lain salah (fasiq), maka mereka akan terperosok menjadi hanya seorang Muslim, Ia bukan Mukmin lagi. Tetapi menjadi hanya seoarang Muslim adalah tetap sesama Islam, dan itu tetap terlindungi darah, kehormatan dan hartanya, dst.

Maka dari itu, konsep SESAMA MUSLIM, SESAMA ISLAM harus dikedepankan, dibandingkan dengan konsep KAFIR.  Maka-nya disini perlu dikembangkan yang lain yaitu; HUSNUDZAN, MENGOREKSI, HATI-HATI TERHADAP BERITA, DAN BERPARADIGMA, SESAMA MUSLIM ADALAH SAUDARA. Seperti ungkapan-ayat-ayat dibawah ini:   “Wahai orang-orang yang beriman, Jauhilah banyak dari prasangka, Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa…” (Q.S Al- Hujurat : 12).

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. “ (Al Hujurat, 49: 6)

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata” (An Nur, 24 : 12)

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..” (al Fath, 48:29).

 

Wallahu a’lam bi al Shawab

La hau la wala Quwwata illa Billa…..

Muhammad Alwi

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Filsafat dan Agama, Lain-lain, Psikologi dan Pendidikan dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar