Pygmalion Effect VS Reserve Effect in School (# Perception)

IMG_1450Robert S. Feldman dan Thomas Prohaska  dalam “The student as Pygmalion: Effect of student expectation on the teacher” (Journal of Educational Psychology 71 (4): 485–493). Melakukan penelitian tentang Pembalikan atau efek sebaliknya dari Pygmalion effect. Effect itu disebut “Reserve Effect”. Dalam Pygmalion Effect, maka harapan-harapan positif dari lingkungan, orang tua guru dapat mempengaruhi prestasi anak. Bagiaman ini terjadi? Dalam penelitian diambillah anak-anak yang terbaik dalam sebuah kelas (walaupun itu diambil secara acak….tapi sang guru tahu-nya anak itu 5 terbaik). 
Karena dalam persepsi, cara pandang guru-nya terhadap anak-anak itu baik (5 ranking tertinggi), maka ada perubahan cara pandang, harapan dan sikap positif. Dan perubahan-perubahan itu mempengaruhi perilaku, pendekatan dst..dari guru itu terhadap anak-anak itu. Sehingga akhirnya naiklah prestasi ke 5 anak-anak itu.

Sementara “Reserve Effect” adalah effect sebaliknya. Dimana harapan-harapan seorang murid terhadap guru-nya, akan mengakibatkan kepuasan, perhatian, daya serap dll terhadap materi seorang guru. Bila reputasi, harapan dll anak terhadap gurunya jelek, maka daya serap, perhatian, kepuasan (saat diukur dengan kuesioner kepuasan) dll, akan rendah (menurun).

Disinilah perlunya pengenalan ‘baik’, pemberian reputasi, gelar, sertifikat dll pada seorang guru ( pernah Kuliah ITB, padahal jurusan sartra dan mengajar matematika, terdaftar S-3 di Harvard, padahal hanya terdaftar tapi tidak lulus atau malah drop out, Ikut membuat soal UN tingkat nasional, padahal juru ketik saja, mendapat endorsement dari ahli X, padahal si X tidak membaca bukunya….ha..ha..ha…dll). Bukan karena sebuah konten, tetapi karena effect-effect psikologis ini. Effect persepsi, effect psikologis akan mengakibatkan dunia ini kurang objektif. Manusia memang bukan makhluk objektif, sebab dalam seluruh hidupnya, dalam seluruh tingkah lakunya, subjek-lah yang mempersepsi, melihat, berfikir, memberikan makna dst. Walaupun manusia bukanlah makluk yang subjectivism.

Martin Seligman mengatakan..ada sebuah warning, lampu alarm yang sedikit membahayakan yaitu; Bukan rata-rata suka-tidak suka dalam sebuah kegiatan yang menentukan effect kepuasan, tetapi bisa jadi moment, awal dan akhir sebuah kegiatan itulah yang dinilai oleh seseorang. “Awalnya begitu menggoda…setelah itu terserah anda…..”. Artinya dalam menentukan Puas atau tidak puas…kadang moment akhir, closing adalah hal yang sangat penting. Juga bagaimana kita melakukan manipulasi terhadap system-limbik dan amygdale, sebagai pengendali mana yang di endapkan dalam pikiran mana-mana yang akan dibuang.

Disinilah motivasi, setting kelas, dan intertain pembelajaran kadang mem-by past otak sadar, dan kita akhirnya berdiskusi dengan alam tidak sadar kita. Disinilah Sugestopedia Lazanov, yang digunakan oleh Bobby de Porter sangat bermanfaat.

Buku ku....bagusOleh karenanya bila kita berhubungan dengan siswa, guru atau karyawan kita yang berkinerja jelek, dalam hubungannya dengan effect diatas maka ; 1) Marilah kita fokus dan peka terhadap kekuatan yang dimiliki oleh siswa kita, guru dan karyawan, 2) Upayakan berikan stimulant bagi siswa, guru, karyawan agar dapat menemukan potensi maupun bakat yang dimiliki (misalnya nilai dibuat tinggi dulu, walaupun soalnya memang mudah dst..lihat tulisan sebelumnya), 3) Berikan ruang dan agenda pembelajaran yang kondusif agar siswa, guru dan karyawan kita, dapat tumbuh dan berkembang, dan agar kita dapat memperbesar “hasrat” atau “passion” bagi para siswa, guru dan karyawan kita, untuk menjadi manusia-manusia yang mampu sukses sekaligus bahagia sesuai dengan talenta mereka, sesuai dengan kemanusiaan kita dan mereka.

Disinilah sangat ditekankannya dalam Islam tentang DOSA GHIBAH (ngerasani jelek, Gosip jelek dll). Sebab informasi ini memberikan “Reserve Effect” pada semua kita terhadap yang di ghosib-kan. Ghosib itu adalah hal-hal yang benar-benar terjadi, tetapi jelek. Bila ghosib itu tidak terjadi namanya fitnah (lain lagi hukumnya). (Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca………..). Dalam Sekolah dan Pendidikan Positif, Positive Education (PE) sangat ditekankan ini.

Sayangnya pengetahuan-pengetahuan ini jarang di aplikasikan secara memadai dalam kelas-kelas kita. Dalam sekolah kita, untuk anak-anak kita. Tetapi ini sangat-sangat berjalan dalam dunia marketing, dalam dunia intertain.

Mohon tulisan diatas jangan disederhanakan dengan trand umum tentang “Positif Thinking”. Martin Seligman mewanti-wanti…”ada perbedaan yang cukup walaupun ada kesamaannya antara positif thinking dan “Psychology Positive”. Kita perlu negative thinking ditempat tertentu, bahkan ada orang tertentu punya character “Negative Thinking”. Kalau kita pernah mengikuti test DISC, yang ditemukan oleh William Moulton Marston. Biasanya untuk perusahaan-perusahaan (Telkomsel pernah melakukan ini. CMI = Corporate Multiple Intelligence, menggarap hal-hal semacam ini). Dalam Test DISC ada character manusia di C (Compliance). Dimana karakternya adalah tidak mudah percayaan, pesimistis, melihat jeleknya sesuatu dst. Apakah orang ini jelek? Apakah orang ini sulit sukses dan bahagia? Saya tidak akan membahasnya disini.

Be Positive with your Talent, Be Success and Be Happy.

Muhammad Alwi, Alumni Pasca Sarjana Univ Brawijaya Malang  (Management Human Resource), sekarang studi di psychology Department. Trainer Pendidikan Positif dan Integrated Multiple Intelligences.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Psikologi dan Pendidikan dan tag , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Pygmalion Effect VS Reserve Effect in School (# Perception)

Tinggalkan komentar