Pendidikan Sambal Bajak dan Bumbu Lengkap (Bagian 3 )

FILOSOFI : BELAJAR-MENGAJAR, SEKOLAH YANG ‘RASIONAL’

Team WorkBanyak definisi tentang apa itu belajar dan apa itu mengajar…….saya tidak ingin mendefinisikan itu dengan panjang lebar. Saya hanya menggunakan dari buku saya, Belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman atau penguasaan melalui pengalaman atau studi. Sedangkan Mengajar = teaching adalah membantu peserta didik belajar (mendapat informasi, ide, keterampilan, bahkan cara untuk bagaimana belajar (Joyce & Well, Dalam buku : Belajar menjadi Sukses dan Bahagia, Elexmedia, 2011).
Disini akan kita lihat bahwa dalam BELAJAR, maka diri-kita (siswa) yang ‘super aktif’, sementara MENGAJAR maka guru yang ‘super-aktif’. Jangan disalah artika. Walaupun kita mengatakan ada ‘belajar-aktif (active learning), itu berarti murid-nya yang aktif? Saya bilang benar, tetapi itu terjadi karena gurunya yang membuat bagaimana siswa menjadi aktif, dengan proses pembelajarannya. Kita tidak melihat prosentasi aktivitasnya, tetapi sebab dan akibat-nya.
Disini ada sesuatu yang ingin saya diskusikan dengan konsep ini. Dalam mengajar maka guru yang ‘berkehendak’, menjadi ‘sebab’, menggunakan cara-cara mengajar. Sementara dalam belajar, murid ‘berkehendak’, menjadi ‘sebab’ menggunakan cara-cara dia memperoleh informasi, dari setting tampilan guru (strateginya, prosesnya, dll).
Karena inilah ada konsep KONTRUKTIVISME (Piaget dan Vygotsky). Kontruktivisme dimana konsep ini mengatakan bahwa guru tidak bisa serta merta mentranfer informasi. Sebab apapun yang masuk dalam otak siswa, itu akan dikontruk sesuai dengan setting awal, stock of knowledge yang ia miliki (ini semacam, bahwa murid selalu membuat makna, menghubungkan apapun informasi yang masuk bisa terintegrasi dalam system pengetahuannnya).

Dalam BELAJAR, maka kita menggunakan semua perangkat yang kita miliki; mulai dari indra, otak, kecerdasan, emosi, minat, bakat, motivasi dan lain-lain. Untuk menanggapai stimulus informasi yang masuk ke kita. Bisa mendengar yang dominan (seperti anak-anak auditori), melihat dominan (anak-anak visual), mencatat, mempraktekkan dominan (anak-anak kinesthetic), membaca sambil mendengarkan music (seperti saya…he..he…he), menggunakan kategorisasi untuk mengingat dan memahami, angka-angka (logis-matematis), belajar kelompok, berdiskusi (interpersonal), hanya mendengarkan kaset, membaca dst. Lebih nyaman bila sendirian (intrapersonal) dll. Ini semua kita lakukan, yang paling membuat diri kita nyaman, sehingga informasi itu bisa masuk kepada kita yang paling baik (efisien dan effective).

Dalam MENGAJAR kita menggunakan perangkat kita diatas saat belajar, tetapi karena saat ini kita mengajar, maka diatas (cara-cara dalam belajar kita) itu kita modifikasi. Kita modifikasi sehingga kita bisa menganggap transfer itu dapat masuk kepada siswa (Inilah konsep MENGAJAR). Konsep mengajar disini masuk semua PERANGKAT mengajar (saya tidak merinci itu. Mudah-mudahan difahami).

Dalam MENGAJAR, Kita tidak hanya melihat DIRI-KITA (kesukaan, gaya, cara dll), tetapi kita melihat mereka (siswa), bahkan itu yang dominan. Walaupun benar bahwa kita tidak mungkin keluar dari ‘Kediri-an Kita’ total. Tetapi saat mengajar, modifikasi-modifikasi kita lakukan, karena target-nya adalah siswa. Gaya Mengajar guru menyesuailkan dengan gaya Belajar Siswa (GMg = GBs).

Sejak dahulu konsep belajar dan mengajar itu seperti diatas. Lalu apa yang berubah? Sehingga kurikulum berubah, method, teknik dll berubah? Saya tidak mendiskusikan konsep perubahan dalam materinya, karena perubahan materi adalah perubahan terhadap apa yang ingin disampaikan. Bukan membahan apa itu mengajar dan belajar.
Dahulu semua guru mengajar dengan cara yang dia inginkan. Dia memiliki ilmu yang tinggi, dengan keihlasannya, dengan kepandaiannya, maka dia mengajar. Method, teknik dll belum cukup berkembang.

Lihat bagaimana Socrates mengajar murid-muridnya. Biasanya Socrates mengajak murid-muridnya berjalan keliling di kebun-nya yang besar sambil membahas sesuatu. Methodenya menggunakan konsep Socrates, bertanya, problem solving dst. Makanya kelompok filosof ini disebut masyaiyyah (mondar-mandir). Disini ada orang-orang yang memang aslinya atraktif, bagus dengan anak-anak, dialah yang lebih sukses dalam mengajar.

Dengan perkembangan-perkembangan zaman, dengan temuan-temuan ilmu psikologi, neurosaintis dan seterusnya. Maka mulailah teknik, method bahkan bagaimana otak menerima informasi. Menjadi bagian bagaimana belajar dan mengajar yang mesti dilakukan.

DSC01830Keluarlah yang terkenal saat-saat ini adalah KONTRUKTIVISME (yang mengatakan bahwa ternyata, otak manusia itu menerima informasi dengan cara mengkontruk, membentuk kembali informasi yang masuk, disesuaikan dengan system pengetahuan yang dia miliki, yang siwa miliki saat itu). Karena temuan-temuan ini, maka cara strategi belajar dan mengajar mengalami perubahan-perubahan. Diharapkan untuk makin effektif dan efisien-nya belajar dan mengajar (mendapat pemahaman dan mentranfer pemahaman).
LAZANOV dengan Sugestopedia, intinya bahwa semua stimulus dikelas itu dapat mensugesti terhadap siswa, sehingga informasi yang akan diberikan, dapat benar-benar masuk, sampai kedalam long-term memory, bahkan ke alam bawah sadar.

Maka mulailah ini digunakan dengan adanya music latar, slide, film, dekorasi kelas, penampilan guru dst..dst digunakan dalam mengefektifkan dan mengefisiensikan belajar dan mengajar.

Kemudian GARDNER, yang mengatakan bahwa manusia itu punya 8 kecerdasan dengan semua ciri-cirinya, kesukaannya, type cara mendapatkan informasi dominan-nya dst. Yang dikatakan dengan type atau gaya kecerdasan seseorang.

Intinya bahwa belajar dan mengajar akan effektif bila kita tahu, bagaimana otak manusia bekerja, bagaimana system opersi otak dalam menerima informasi dan kita menyesuaiakan itu semua. Disinilah keluar konsep, BOBBY DePORTER dengan Quantum Learning and Teaching. Belajar Berbasis Otak, BRAIN BASED LEARNINF and TEACHING, dst.

Mempercepat Kesimpulan

Supaya tidak panjang-panjang, maka saya simpulkan; supaya efektive dan efisien dalam belajar dan mengajar, kita perlu tahu bagaimana murid belajar, bagaimana cara-cara yang paling pas dengan type kesukaan siswanya, bagaimana cara kerja otak, bagaimana kesukaan otak, bagaimana system operasi otak kita dan seterusnya. Disinilah cara-cara mengajar yang menyenangkan, yang atraktif dll diupayakan, dengan berbagai caranya.
Karena belajar-mengajar ‘dominan’ berhubungan dengan otak, informasi. Maka makin mampu kita mengklopkan, me-mact-kan system operasi otak dengan bagaimana kita mengajar maka cara mengajar kita akan makin effective dan effisien.

Disinilah argumentasi INTEGRATED MULTIPLE INTELLIGENCES. Dengan memanfaatkan temuan-temuan neurosain terbaru (Gardner dengan 8 kecerdasannya). Kita berupaya mengklopkan kesukaan, cara, gaya otak anak menerima informasi dll, dengan gaya, strategi mengajar kita dikelas. Tanpa mengubah lainnya yang standart seperti Sugestopedia, Kontruktivisme dst.

Intinya kita gunakan temuan-temuan baru yang makin membuat pas….patron kesukaan otak belajar dengan cara kita mengajar. Sebab setiap temuan akan memberikan tambahan-tambahan perbaikan dalam belajar-mengajar (dalam hubungannya dengan efisiensi dan effectivitas kita). Maka gunakanlah temuan-temuan itu sebaik mungkin dengan berpedoman pada Learn-Unleran dan Relearn. Sehingga kita tidak ifrad wa tafrid (kelebihan dan kekurangan).

Bagaimana Penerapannya di Kelas
PiajetBELAJAR MENGAJAR itu ada ilmu dan Arti. Dalam artian ilmu maka kita bisa mengkopi dari satu tempat ke tempat yang lain, dalam artian art, agak sulit sekali itu dilakukan. Manusia pada dasarnya individual, persona. Maka tidak apa pengajaran yang bisa digunakan dibanyak tempat dan dibanyak orang. Sukses disatu tempat belum tentu sukses ditempat lain. Maka kita mesti melakukan sedikit atau banyak “Generalisasi” (Disinilah ‘Ilmu Pendidikan’ berlaku), mengambil rata-rata.
Jelas dalam pengambilan rata-rata, ini akan merugikan sebagian dan menguntungkan sebagian. Inilah yang saya katakan “ Biaya Kesempatan” (Cost of Opportunity). Artinya bila kita mengambil yang satu maka kesempatan yang lain kita akan tinggalkan. Tapi itulah kelas reguler………lalu apa yang bisa kita lakukan?

Jawabnya : Ambillah kecendrungan rata-rata kelas itu, dan berikanlah, berupayalah mengklopa-kan kesukaan, gaya kerja otak dll rata-rata kelas itu…..dan berikanlah, gunakanlah cara MENGAJAR anda untuk mengklopkan itu.

Contoh : Dikelas ada anak-anak yang ‘pandai’, ‘sedang’ dan ‘kurang’ (seluruh kelas didunia ini)….mana yang akan kita pilih? Kita mengajar focus dengan ‘bawah’ maka yang ‘atas’ rugi, karena lambat buat mereka yang ‘atas’, demikian sebaliknya.
Ataupun kalau kita menggunakan kecerdasan Gardner, kalau kita mengajar dengan menggunakan pendekatan kecerdasan Interpersonal (misal : Cooperative Learning), maka akan merugikan yang Intrapersonal. Kalau kita menggunakan x,y,z, maka akan merugikan yang a,b,c. Demikian seterusnya.

Lalu bagaimana yang bijaksana? Jawabnya adalah kita mencari kombinasi yang secara umum akan menguntungkan kelas itu. Saya katakan disini adalah MAKSIMALISASI DENGAN BATASAN. (Untuk yang familier dengan Matematika. Seperti : Kalau Keliling Persegi panjang kita punya = 20m, berapa luas yang bisa dimaksimalkan?) Kita akan menggunakan kombinasi-kombinasi untuk Panjang kali Lebar, yang bisa maksimal.
Disinilah bahwa belajar dan mengajar adalah Teknik, Method, tetapi ada juga ‘Art’. Dalam teknik dan Method maka bisa digunakan dimana-mana, dalam artian Art-nya, maka ini individual, ini unique-nya manusia.

Wallahu a’lam bi al Shawab
Muhammad Alwi, Integrated Multiple Intelligences dan Pendidikan Positif.

Tentang pendidikan positif

Kami adalah Pendidik, Guru, Dosen dan Trainer. Riwayat Pendidikan : S1 : Manajemen dan Psikologi. S2 : Manajemen Human Resource, Univ Brawijaya Malang S3 : Manajemen Pendidikan Univ Negeri Malang. Kami mengembangkan Seminar, Workshop, dan berbagai Test berbasiskan psikology. Mulai dari 1. Workshop berbasiskan Multiple Intelligence, Topografi Otak, Power Personality, Performance Barrier, Succes with Understanding Personality, Otak Kanan- Otak Kiri, bagaimana mengetahui dan memanfaatkannya untuk sukses dll. Semua itu untuk pengembnagan SDM dan Human Capital. Baik untuk Guru, anak-anak (TK, SD, SMP, SMA, PT), juga untuk karyawan Industri dan Perusahaan. 2. Test test yang mendukung workshop dan seminar diatas seperti; a) Test Multiple Intelligence, b) Test Personality, c) Test Performance Barrier dll. Konsep Kami adalah......Discovering Your Royal road to learning, achievable and Personal Satisfaction. Bagaimana caranya? Caranya dengan discovering your talent, your ability (dengan pemahaman, test), the right place....maka sukses dan bahagia akan mudah didapatkan. Positif Pendidikan adalah Pendidikan yang berusahan menjadikan pebelajar (siapapun yang belajar), akan mampu untuk meraih tidak hanya sukses (achievable) tapi juga bahagia (will-being). Success and Happy.
Pos ini dipublikasikan di Psikologi dan Pendidikan dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar